Bisnis.com, JAKARTA — Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan mengaku belum dapat memastikan apakah dua tersangka yang sudah ditangkap atas tuduhan penyiraman air keras terhadap dirinya adalah benar pelaku penyerangan atau bukan.
Dia menduga keduanya hanya orang suruhan, diindikasikan dari pernyataan salah satu tersangka yakni Rahmat Mahulette yang menyebut Novel sebagai pengkhianat.
“Poin pentingnya adalah ketika dia bilang pengkhianat, perbuatannya dia tidak berdiri sendiri, berarti dia orang suruhan, saya semakin yakin itu,” ujar Novel seperti dilansir Tempo, Minggu (5/1/2020).
Dia juga mengungkapkan pernah melihat dua penyerangnya berada di depan rumahnya sebelum peristiwa penyiraman terjadi pada 11 April 2017 subuh. Salah satu penyerang bahkan sempat berpura-pura sedang senam.
Saat itu, Novel baru saja keluar rumah untuk salat subuh di masjid dekat rumahnya, di kawasan Kelapa Gading.
“Satunya duduk melihat ke arah saya dan satunya lagi seolah-olah sedang senam karena ada seorang ibu-ibu yang lewat di situ,” terangnya.
Baca Juga
Menurut Novel, saat itu, keduanya tidak memakai helm. Salah satu pelaku bertubuh tinggi, berkulit putih, dengan rambut agak panjang, sedangkan satu pelaku lainnya tidak terlalu tinggi dan berkulit gelap.
Seperti diketahui, usai salat subuh hari itu, kedua orang tersebut menyiram wajah Novel dengan air keras. Akibatnya, mata Novel cedera parah dan dia bahkan sempat mendapat perawatan di Singapura.
Kasus ini sempat terkatung-katung selama 2,5 tahun meski sudah ada beberapa tim yang dibentuk khusus untuk menanganinya, termasuk atas permintaan Presiden Joko Widodo. Pada akhir Desember 2019, kepolisian mengumumkan telah menangkap dua tersangka yang ternyata merupakan anggota Brimob, yakni Ronny Bugis dan Rahmat.
Meski demikian, beberapa pihak menilai penangkapan atas dua tersangka ini bukan akhir dari kasus tersebut karena masih ada kemungkinan aktor lain yang berada di balik Ronny dan Rahmat.