Bisnis.com, JAKARTA - Umat Kristen di Jalur Gaza tidak akan diizinkan mengunjungi kota-kota suci seperti Betlehem dan Yerusalem untuk merayakan Natal tahun ini, menurut pihak berwenang Israel.
Meski penganut Kristen Gazan diberikan izin untuk melakukan perjalanan ke luar negeri, tetapi tidak ada yang akan diizinkan pergi ke Israel dan wilayah pendudukan Tepi Barat. Padahal, tempat-tempat tersebut merupakan situs suci bagi umat Kristen, kata seorang juru bicara untuk penghubung militer Israel dengan Palestina seperti dikutip Reuters, Jumat (13/12/2019).
Israel dengan ketat membatasi pergerakan warga keluar dari Jalur Gaza, wilayah yang dikuasai organisasi Islam Hamas.
Juru bicara itu mengatakan bahwa berdasarkkan alasan "keamanan", warga Gaza akan diizinkan untuk melakukan perjalanan ke luar negeri melalui perbatasan Jembatan Allenby Israel dengan Yordania tetapi tidak mengunjungi kota-kota di Israel atau Tepi Barat.
Gaza hanya memiliki sekitar 1.000 penganut Kristen yang kebanyakan dari mereka adalah aliran Ortodoks Yunani di antara populasi sebanyak dua juta di jalur pantai yang sempit.
Keputusan tahun ini adalah terobosan baru karena tahun lalu Israel memberikan izin bagi hampir 700 orang Kristen Gaza untuk melakukan perjalanan ke Yerusalem, Betlehem, Nazareth dan kota-kota suci lainnya yang menarik ribuan peziarah setiap musim liburan.
Baca Juga
Gisha, sebuah kelompok hak asasi Israel, mengatakan larangan itu menunjuk pada "intensifikasi pembatasan akses antara dua bagian wilayah Palestina" dan menyebutnya sebagai "pendalaman kebijakan pemisahan Tepi Barat dan Gaza oleh Israel.
Palestina berusaha mendirikan negara di Tepi Barat dan Gaza, wilayah yang direbut Israel dalam perang Timur Tengah 1967.
Israel di masa lalu telah membela kebijakan pembatasan terhadap warga Gaza yang melakukan perjalanan ke Tepi Barat dengan mengatakan banyak warga Palestina dari Gaza tetap tinggal secara ilegal ketika diberikan izin jangka pendek.
Di Gaza, seorang wanita penganut Kristen menyuarakan harapan Israel akan mengubah kebijakannya, sehingga ia dapat mengunjungi keluarganya di kota Ramallah, Tepi Barat.
"Setiap tahun saya berdoa agar mereka memberi saya izin agar saya dapat merayakan Natal dan melihat keluarga saya," ujar Randa El-Amash.