Bisnis.com, JAKARTA – Chief Executive bank terbesar kedua di Australia Westpac Banking Corp, Brian Hartzer, mengundurkan diri karena bank tersebut tersandung skandal pencucian uang yang disebut-sebut kasus terbesar di negara tersebut.
Dikutip dari Reuters, Selasa (26/11/2019), Hartzer menyatakan akan mundur dan akan disusul oleh Chairman Lindsay Maxsted yang akan mengajukan pengunduran dirinya.
Regulator kejahatan keuangan AUSTRAC pada pekan lalu menuduh Westpac melakukan 23 juta pelanggaran terhadap undang-undang anti pencucian uang, termasuk mengizinkan pembayaran oleh pihak yang dikenal sebagai pengeksploitasi anak. Kasus tersebut menjadi tekanan yang memicu pengunduran diri Hatzer.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison telah meminta dewan direksi untuk mempertimbangkan masa depan CEO dan bersama dengan Menteri Dalam Negeri Peter Dutton dan Jasa Agung Christian Porter bergabung dengan investor, analis, dan juru kampanye hak asasi manusia dalam mengkritik Westpac karena memungkinkan pembayaran di tengah krisis.
“Kami mencari umpan balik dari semua pemangku kepentingan kami, termasuk pemegang saham dan setelah itu sekarang menjadi jelas bahwa perubahan Dewan dan manajemen adalah demi kepentingan terbaik Bank,” kata Maxsted dalam sebuah pernyataan.
Maxsted juga mengonfirmasi bahwa ia akan mengajukan pensiunnya pada paruh pertama tahun 2020. Dalam wawancara dengan media lokal, Maxsted mengatakan memecat Hartzer pada masa krisis akan membuat perusahaan tidak stabil.
Baca Juga
Hartzer telah bergabung dengan bank tersebut selama lebih dari 7 tahun dan menjabat posisi CEO dan direktur pelaksana pada 2015.
Chief Financial Officer Peter King akan mengambil alih sebagai CEO di bank tertua di Australia itu, yang akan efektif mulai 2 Desember mendatang. Westpac Banking juga akan melakukan rapat umum tahunan pada 12 Desember.
Dalam empat hari sejak gugatan diumumkan, saham Westpac mengalami kerugian total sekitar AU$7,5 miliar dari kapitalisasi pasar dan sahamnya ditutup turun 1,3% pada Senin (25/11).