Bisnis.com, JAKARTA -- Bank sentral AS menegaskan bahwa suku bunga negatif tidak sesuai untuk kondisi AS saat ini, yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi, kuatnya lapangan kerja, serta inflasi yang terjaga.
Gubernur Federal Reserve AS Jerome Powell menyampaikan hal tersebut ketika menjawab pertanyaan Komite Ekonomi Bersama (Joint Economic Committee/JEC) di Senat AS pada Rabu (13/11/2019).
"Ekonomi kita sedang dalam posisi yang kita. Kita melihat pertumbuhan, kita melihat kuatnya sektor konsumer, kita punya inflasi. Anda sekalian cenderung melihat suku bunga negatif di ekonomi besar ketika pertumbuhan yang terjadi rendah dan inflasi juga rendah. Ini tidak terjadi di sini," paparnya, seperti dilansir Reuters.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump telah berkali-kali meminta The Fed untuk menurunkan suku bunga acuan dengan besaran yang lebih besar. Dia tampaknya melihat kebijakan Swiss dan Jerman yang menerapkan suku bunga negatif.
Baca Juga
Kebijakan suku bunga negatif memaksa lembaga keuangan untuk membayar bunga atas cadangan kelebihan dana yang disimpan di bank sentral. Dengan demikian, bank sentral seakan menghukum lembaga keuangan karena menahan uang tunai, dengan harapan mendorong mereka untuk terus memberikan pinjaman.
Powell melanjutkan dampak tiga kali pemangkasan suku bunga acuan pada tahun ini, masih belum sepenuhnya dapat dirasakan dalam mendukung pengeluaran rumah tangga dan bisnis. The Fed baru akan melanjutkan penurunan suku bunga jika ada perubahan material dalam proyeksi ekonomi.
"Kami melihat posisi kebijakan moneter sekarang kemungkinan akan tetap sesuai dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi moderat yang kami sampaikan, kuatnya lapangan kerja, dan inflasi yang mendekati target 2 persen kami," tambahnya.
The Fed pun memproyeksi perekonomian Negeri Paman Sam masih akan berekspansi.
Pernyataan Powell ini dapat diartikan The Fed tak akan mengubah posisi Fed Fund Rate (FFR) hingga akhir 2020. Kebijakan tersebut juga bisa menunjukkan bahwa dia tak ingin The Fed mengambil keputusan terkait suku bunga selama Pemilihan Presiden (Pilpres) 2020.
Terkait pernyataan tersebut, pasar tak menunjukkan reaksi signifikan.