Bisnis.com, JAKARTA - Perbedaan ideologi hendaknya tidak menjadi penghalang bagi elite politik untuk merajut komunikasi dalam rangka membangun persatuan bangsa.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting (Voxpol) Pangi Syarwi Chaniago berpendapat bahwa saat ini tidak ada alasan bagi partai politik untuk menutup diri dengan partai politik lain.
Bahkan, dia menilai ideologi secara faktual telah memudar pada hampir semua partai politik.
“Kita lebih berani mengatakan tidak ada satu pun partai yang punya ideologi,” katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (1/11/2019).
Pangi mendasarkan pernyataan tersebut setelah mengamati dinamika politik pasca-Orde Baru. Menurut dia, sejak Reformasi koalisi antarpartai politik cenderung lebih cair dalam kontestasi pemilihan presiden maupun pemilihan kepala daerah.
“Faktor ideologis bukanlah faktor penentu terciptanya koalisi. Faktor taktis dan strategis memenangkan kontestasi justru memegang peranan utama,” ujarnya.
Berkaca dari fenomena tersebut, Pangi menilai tidak aneh bila elite Partai Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bersua pada Rabu (30/10/2019).
Kedua partai tersebut tidak hanya berbeda pilihan dalam Pilpres 2019, tetapi juga mewakili ideologi berbeda.
Dalam AD/ART masing-masing, Nasdem meneguhkan diri sebagai partai politik berasaskan Pancasila, sedangkan PKS berasaskan Islam.
Dengan demikian, Nasdem masuk kategori kekuatan nasionalis, sedangkan PKS representasi kelompok Islam.
“Nasdem dan PKS telah menunjukkan kedewasaan berpolitik. Sudah semestinya inisiatif Nasdem [menemui PKS] menjadi contoh virus positif elite politik lainnya untuk tetap membangun silaturahmi kebangsaan untuk menjamin keadaban berpolitik di negeri ini,” tutur Pangi.
Pada Rabu (30/10/2019), Ketua Umum DPP Nasdem Surya Paloh mengunjungi DPP PKS dan disambut hangat oleh Presiden PKS Sohibul Iman. Kedua partai tersebut menyatakan tetap berkolaborasi kendati tidak berada dalam barisan partai politik pendukung pemerintah.
Tak sekadar silaturahmi, pertemuan Nasdem dan PKS menghasilkan tiga kesepahaman politik. Dalam poin ketiga tertulis pentingnya kerja sama antara kekuatan nasionalis dan Islam.
“Kami menyadari bahwa takdir sosiologis dan historis bangsa Indonesia adalah warisan sejarah kerja sama para pendiri bangsa antara kelompok nasionalis yang memuliakan nilai-nilai agama dengan kelompok Islam yang memegang teguh nilai-nilai kebangsaan,” kata Sekretaris Jenderal DPP PKS Mustafa Kamal dalam keterangan tertulis.