Bisnis.com, JAKARTA - Kabar bohong atau hoax bisa datang dari mana saja, termasuk dari media sosial dan, yang lebih pribadi, obrolan di aplikasi perpesanan. Grup obrolan seperti WhatsApp Group ada kalanya berisi terusan artikel atau pesan, yang belum tentu kebenarannya.
Praktisi media sosial Savic Ali menyarankan untuk tidak diam saja ketika mendapatkan informasi hoax.
"Penting untuk tidak diam kalau kita punya pengetahuan," kata Savic ditemui di diskusi Digital Discourses di Jakarta, Jumat (25/10/2019) sore.
Warganet memerlukan keterampilan literasi digital agar tidak mudah percaya pada hoax, salah satunya mengetahui dari mana sumber informasi tersebut dan seberapa besar kredibilitas sumber informasi tersebut.
Setelah mendapatkan sumber informasi, sebaiknya lakukan fact-checking atau mengecek ke sumber lain mengenai kebenaran informasi tersebut.
Jika menemukan hoax, namun, tidak memiliki sumber pembanding, Savic menyarankan untuk tidak membagikan informasi tersebut.
Baca Juga
Jika memiliki pengetahuan tentang informasi yang dibicarakan, bagikan konten tersebut disertai dengan penjelasan dan bukti klarifikasi.
"Cantumkan tautan (informasi) yang benar, misalnya foto, video, artikel," kata dia.
Jika menemukan konten hoax di media sosial seperti Facebook atau Twitter, pakai fitur laporan agar penyedia platform dapat menurunkan konten tersebut.
Jika dilaporkan banyak pengguna, penyedia platform akan mengetahui bahwa konten tersebut tidak benar dan dapat menurunkan konten tersebut agar sebarannya tidak meluas.