Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Erick Thohir Diminta Tak Gamang Benahi BUMN

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir diminta tidak gamang untuk membenahi Kementeriannya yang mengelola 142 perushaan tersebut.
Menteri BUMN Erick Thohir
Menteri BUMN Erick Thohir

Bisnis.com, JAKARTA—Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir diminta tidak gamang untuk membenahi Kementeriannya yang mengelola 142 perushaan tersebut. 

Permintaan itu disampaikan Ketua Koordinator BUMN Watch, Naldy N Haoren kepada wartawan menyikapi permintaan Erick Tohir yang akan menempatkan 3 orang sebagai Wakil Menteri (Wamen) nya.

"Dengan meminta tiga orang menjadi Wamen Erick Thohir terlihat gamang dan ragu dalam mengelola BUMN. Pengusaha sekaliber Erick jangan ragu lagi mengelola BUMN meski dengan hanya satu orang Wamen. Jadi Erick Thohir kami harapkan jadi petarung sejati," kata Naldy kepada wartawan, Jum'at (25/10).

Dia berpendapat hal yang diperlu diperhatikan Erick Thohir kedepan adalah tidak menempatkan jajaran Direksi BUMN atas dasar like and dislike. Sedangkan di sisi lain, kata Naldy, Erick Thohir harus berani melakukan efisiensi anggaran di semua tingkatan BUMN.

"Perusahaan-perusahaan di BUMN ini kan sudah berjalan berpuluh-puluh tahun. Jadi, tidak ada yang susah untuk mengelola BUMN. Erick tinggal meneruskannya saja," katanya.

Menurut Naldy Haroen "godaan" terberat yang akan dihadapi Erick Thohir dimasa yang akan datang adalah menghindari intervensi dari partai politik, yudikatif dan legislatif. 

"Itu tantangan terberat yang bakal dihadapi Menteri BUMN. Karena, selama ini BUMN dianggap jadikan 'sapi perahan' oleh mereka. Jadi Erick harus berani 'melawan' mereka," katanya.

Pada bagian lain Naldy juga menyarankan agar Erick Tohir bisa mengevaluasi kembali holding yang telah dilakukan BUMN selama ini. Pasalnya, holding di BUMN yang selama ini terjadi hanya membuat pemborosan anggaran. 

"Kita bisa lihat holding selama ini tidak membawa dampak yang positif kepada BUMN. Bahkan, holding tersebut terkesan menghabiskan anggaran. Seharusnya, yang namamya holding itu bukan dilakukan oleh perusahaan yang sejenis," kata Naldy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper