Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Krisis Babi, Harga Bacon Naik di Seluruh Dunia

Anda penikmat bacon? Siap-siap untuk membeli produk daging yang terbuat dari babi ini dengan harga lebih mahal akibat imbas demam babi Afrika.
Daging babi yang dijual terlihat di sebuah pasar di Beijing, Cina 26 Desember 2018./REUTERS-Jason Lee
Daging babi yang dijual terlihat di sebuah pasar di Beijing, Cina 26 Desember 2018./REUTERS-Jason Lee

Bisnis.com, JAKARTA – Anda penikmat bacon? Siap-siap untuk membeli produk daging yang terbuat dari babi ini dengan harga lebih mahal akibat imbas demam babi Afrika.

Penyakit babi yang mematikan ini telah memusnahkan ratusan juta babi, kebanyakan di China. Alhasil, harga babi dan bacon secara global melonjak mulai dari Auckland, New Zealand hingga Vancouver, Kanada.

Di Eropa, harga karkas babi dan anak babi telah melonjak 31 persen dan 56 persen masing-masing dalam satu tahun terakhir.

Menurut indeks yang dihimpun Food and Agriculture Organization (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), harga daging babi tampak akan mengalami lompatan paling curam sejak penyakit sapi gila dan wabah flu burung pada 2004 menyebabkan konsumen mengonsumsi lebih banyak daging babi.

“Di manapun Anda berada, harga daging babi naik,” ujar Justin Sherrard, pakar strategi protein hewani global di Rabobank, seperti dilansir melalui Bloomberg (Senin, 21/10/2019).

“China adalah pasar yang menjadi fokus. Pertama, karena negara ini besar dan, kedua, karena benar-benar adalah tempat pertama demam babi Afrika mulai melanda,” lanjutnya.

Harga spot grosir daging babi melonjak 16 persen menjadi 42,46 yuan per kilogram (US$2,72 per pon) dalam pekan yang berakhir pada 11 Oktober.

Kenaikan tersebut adalah yang terbesar setidaknya dalam 13 tahun sekaligus mencapai lebih dari dua kali lipat sejak China melaporkan kasus demam babi Afrika pertama pada awal Agustus 2018.

China Krisis Babi, Harga Bacon Naik di Seluruh Dunia

Harga daging babi akan tetap tinggi setidaknya untuk tiga bulan ke depan menjelang Tahun Baru Imlek pada 25 Januari, waktu puncak untuk konsumsi daging babi di China, Vietnam, dan negara-negara lain yang merayakan festival tersebut.

“Pengecer akan tidak memiliki pilihan selain untuk memberikan setidaknya beberapa biaya tambahan kepada konsumen,” terang Sherrard.

Sementara itu, menurut Departemen Pertanian AS, pada akhir 2020, kawanan babi di China diperkirakan akan mencapai 275 juta kepala atau anjlok hampir 40 persen sejak awal 2018, sebelum wabah penyakit ini dimulai. Kondisi itu akan menarik turun produksi daging babi global sebesar 10 persen pada tahun 2020.

“Demam babi Afrika telah berdampak signifikan pada produksi daging babi di China, Vietnam dan negara-negara lainnya di Asia Tenggara,” tutur Tim Foulds, kepala riset Euromonitor International untuk Australasia.

“Pemerintah berupaya untuk mengendalikan krisis tersebut, termasuk pemusnahan hewan berskala besar, sehingga mengakibatkan produksi daging babi menurun secara dramatis pada tahun 2019,” jelas Foulds.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper