Bisnis.com, JAKARTA -- Perseteruan antara Jepang dan Korea Selatan yang sudah berlangsung sejak era perang dunia kedua berlanjut hingga saat ini dan menyebar ke sektor lainnya seperti perdagangan, investasi, bahkan hubungan militer.
Kini, pengaruh dari sengketa antar kedua negara tersebut merambah ke sektor pariwisata.
Data Organisasi Pariwisata Nasional Jepang (JNTO) menunjukkkan jumlah wisatawan Korea Selatan yang mengunjungi Jepang turun sekitar 58% pada September secara tahunan.
Sementara itu pada waktu yang sama jumlah wisatawan asing yang datang ke Jepang secara keseluruhan tumbuh 5%.
Sebagian dari kenaikan tersebut disebabkan oleh perhelatan Piala Dunia Rugby, salah satu acara olahraga terbesar di dunia, yang dimulai pada September.
Data bulan sebelumnya menunjukkan gambaran yang lebih suram karena jumlah pengunjung luar negeri turun untuk kedua kalinya dalam 6 tahun terakhir, terseret oleh penurunan 48% dari kunjungan wisatawan Korea Selatan pada Agustus.
"Turis Korea Selatan biasanya menyumbang sekitar seperempat total wisatawan yang datang ke Jepang. Persentasenya bahkan lebih tinggi dari wisata ke wilayah barat yang lebih dekat dengan daratan Korea," seperti dikutip melalui Bloomberg, Rabu (16/10/2019).
Jumlah wisatawan mulai merosot sejak Juli setelah Jepang memberlakukan sanksi ekspor yang lebih ketat terhadap bahan-bahan khusus yang penting bagi industri teknologi Korea Selatan.
Perseteruan memanas dari ketidaksepakatan antara kedua pihak terkait apakah Jepang telah menunjukkan penyesalan yang cukup untuk penjajahan 1910-1945 di Semenanjung Korea.
Dalam perkembangan positif, Seoul mengumumkan bahwa Perdana Menteri Lee Nakyon akan melakukan perjalanan ke Jepang pekan depan untuk upacara penobatan Kaisar.
Akan tetapi tanpa tanda yang lebih jelas tentang perseteruan mereka, kondisi ini akan membayangi acara besar lain yang akan dilaksanakan di Jepang.
Tokyo ditetapkan sebagai tuan rumah Olimpiade 2020. Jumlah pengunjung mungkin akan kurang dari target 40 juta yang diharapkan oleh Perdana Menteri Shinzo Abe.
Beberapa pihak yang paling dirugikan dari sengketa Jepang dengan Korea Selatan di antaranya adalah pemilik bisnis di Pulau Kyushu, yang selama ini merupakan destinasi akhir pekan populer di kalangan wisatawan Korea.
Akses pulau yang berada di barat daya Jepang ini mudah dijangkau menggunakan kapal feri atau maskapai penerbangan bertarif rendah.
Jumlah total pengunjung asing yang terbang atau berlayar langsung ke Kyushu turun 8% pada Juli, dan perkiraan awal menunjukkan penurunan yang jauh lebih besar untuk Agustus.
Ini adalah waktu yang sulit. Kita tidak dapat menebak suasana dan emosi di Korea Selatan yang membuat mereka enggan bepergian ke Jepang, ujar Daisuke Hegi, pengelola situs web berbahasa Korea yang menawarkan informasi wisata dan pemesanan penginapan tradisional atau ryokan.
Menurutnya, bisnis saat ini telah mengalami penurunan 80% dari tahun lalu.
Hegi menambahkan, ketika Kyushu berupaya menarik lebih banyak pengunjung dari China dan Asia Tenggara, tantangannya lebih berat jika dibandingkan dengan pasar wisatawan Korea.
Wisatawan Korea yang tinggal di Busan, misalnya, dapat mencapai Fukuoka, kota terbesar di Kyushu, hanya dalam waktu 1 jam.
Warga Korea Selatan menentang tren global karena keengganan mereka untuk mengunjungi Jepang.
Menurut data JNTO, jumlah pengunjung dari semua pasar utama lainnya mengalami pertumbuhan, dengan turis China naik seperempat kali lipat.
"Sulit untuk melihat siapa yang diuntungkan dari kondisi ini. Bisnis wisata Kyushu sudah pasti merugi, namun hal yang sama juga dirasakan perusahaan jasa pariwisata dan maskapai Korea Selatan," kata Hegi.