Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Steven Mnuchin mengeluarkan ultimatum bahwa putaran berikutnya untuk tarif impor China akan segera diberlakukan jika kesepakatan dagang antara kedua negara belum tercapai.
Dalam suatu wawancara dengan CNBC pada Senin (14/10/2019), Mnuchin mengatakan pemerintah AS tak akan ragu untuk mengenakan tarif baru terhadap barang-barang asal China senilai US$156 miliar pada 15 Desember jika kesepakatan perdagangan belum juga dicapai hingga saat itu.
“Jika tidak ada kesepakatan, tarif itu akan diberlakukan. Tapi saya berharap kita akan memperoleh kesepakatan,” ujar Mnuchin, seperti dilansir melalui BBC.
Ia lebih lanjut berharap bahwa kesepakatan tentatif antara AS-China yang disepakati pekan lalu untuk menunda tarif baru akan secara resmi disetujui.
Pada Jumat (11/10/2019), AS sepakat untuk menunda rencana pengenaan kenaikan tarif 25 persen – 30 persen untuk impor China yang sedianya akan mulai berlaku pada Selasa (15/10/2019). Keputusan ini diambil setelah kedua belah pihak mengadakan perundingan perdagangan di Washington.
Presiden AS Donald Trump menggambarkan perundingan tersebut telah berlangsung sangat baik dan mengatakan kesepakatan awal akan memakan waktu sekitar lima pekan untuk dituntaskan.
Trump menambahkan bahwa dia mungkin akan menandatangani kesepakatan itu bersama Presiden China Xi Jinping dalam suatu konferensi PBB di Chili pada bulan Desember.
Namun di lain pihak, para pejabat pemerintah China terdengar lebih berhati-hati tentang hasil pembicaraan perdagangan antara kedua negara dan hanya mengklaim telah ada kemajuan di antara mereka.
Masih ada sejumlah isu utama yang harus dinegosiasikan, termasuk soal subsidi industri dan pencurian siber.
Mnuchin mengatakan kedua belah pihak akan melakukan lebih banyak pembicaraan perdagangan di berbagai level selama beberapa pekan mendatang, termasuk komunikasi via telepon antara dirinya, Perwakilan Dagang AS, dan Wakil Perdana Menteri China Liu He.
Terlepas dari kesan hati-hati yang terdengar, sejumlah analis mengatakan pasar masih berupaya untuk menyelami progres pembicaraan dagang antara kedua negara.
"Jika (pasar) benar-benar skeptis, akan terjadi aksi jual yang lebih keras. Tapi itu tidak terjadi karena ada beberapa poin baik bahwa mereka masih berbicara dan berpotensi mencapai kesepakatan,” ungkap Robert Pavlik, kepala strategi investasi di SlateStone Wealth, New York.