Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Demo Hong Kong: Mahathir Mohamad Sarankan Carrie Lam Mundur

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan bahwa pemimpin Hong Kong Carrie Lam harus mundur menyusul protes berbulan-bulan terhadap pemerintahnya.
 Seorang pemrotes anti-pemerintah melempar bom molotov di depan Kantor Pusat Regional Wilayah Selatan Baru, setelah polisi menembak seorang demonstran saat protes Hari Nasional China, di Hong Kong, China 2 Oktober 2019./Reuters
Seorang pemrotes anti-pemerintah melempar bom molotov di depan Kantor Pusat Regional Wilayah Selatan Baru, setelah polisi menembak seorang demonstran saat protes Hari Nasional China, di Hong Kong, China 2 Oktober 2019./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan bahwa pemimpin Hong Kong Carrie Lam harus mundur menyusul protes berbulan-bulan terhadap pemerintahnya.

Mahathir juga memperkirakan China akan mengambil tindakan untuk mengakhiri aksi demonstrasi berkepanjangan tersebut.

Dilansir Reuters, tumbuhnya penentangan terhadap pemerintah Hong Kong telah menjerumuskan pusat keuangan tersebut ke dalam krisis politik terbesarnya dalam beberapa dasawarsa terakhir dan menjadi tantangan besar bagi Presiden China Xi Jinping sejak ia berkuasa pada 2012.

Berbicara di sebuah konferensi di Kuala Lumpur pada Jumat (4/10/2019), Mahathir mengatakan Lam harus mematuhi para tuan dan pada saat yang sama dia harus memenuhi hati nuraninya.

"Saya pikir yang terbaik adalah mengundurkan diri," kata Mahathir, seperti dikutip Reuters.

Mahathir juga mengatakan dia mengharapkan China untuk mengambil tindakan terhadap para demonstran, yang secara paralel mirip dengan aksi protes mahasiswa di Lapangan Tiananmen pada tahun 1989.

"Ya, mereka mengizinkan Anda untuk menunjukkan dan semua itu tetapi akhirnya dalam sistem yang otoriter mereka akan kembali dan melakukan apa yang harus mereka lakukan," katanya.

Demonstrasi di Hong Kong dimulai atas RUU ekstradisi yang sekarang dibatalkan, yang akan memungkinkan orang dikirim ke daratan China untuk diadili, dan telah meningkat pesat sejak Juni. Aksi demonstrasi juga telah berkembang menjadi seruan untuk demokrasi yang lebih luas, di antara tuntutan lainnya.

Demonstran marah pada apa yang mereka lihat sebagai campur tangan Beijing dalam urusan Hong Kong meskipun ada janji otonomi dalam formula "satu negara, dua sistem" saat Hong Kong kembali ke Cina pada tahun 1997.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper