Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Turki Tayyip Erdogan menegaskan bahwa pihaknya akan terus menyelidiki kebenaran di balik kasus pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi di Istanbul tahun lalu. Dia mengatakan beberapa pembunuh Khashoggi nampaknya menghindari peradilan.
Dalam sebuah artikel untuk Washington Post, Erdogan menuliskan fakta bahwa para pembunuh melakukan perjalanan dengan paspor diplomatik dan 'membuat bangunan diplomatik menjadi lokasi pembunuhan' menjadi preseden yang berbahaya.
"Mungkin yang lebih berbahaya adalah impunitas yang tampaknya dinikmati oleh beberapa pembunuh di balik kerajaan," tulisnya, dikutip dari Reuters, Selasa (1/10/2019).
Dikatakan, hampir tidak ada transparansi dalam proses pengadilan kasus Khashoggi.
Erdogan mengatakan Turki terus melihat Arab Saudi sebagai teman dan sekutu, tetapi itu tidak berarti Ankara akan tetap diam.
"Skuad pembunuhan beranggotakan 15 orang yang membunuh Khashoggi di dalam konsulat Arab Saudi di Istanbul dan memenggal tubuhnya menjadi bagian-bagian kecil demi melayani kepentingan pemerintah bayangan di balik pemerintahan kerajaan," kata Erdogan, tanpa menjelaskannya lebih lanjut.
Jamal Khashoggi, yang juga berprofesi sebagai kolumnis The Washington Post, dinyatakan dibunuh oleh sekelompok agen Arab Saudi setelah memasuki kantor konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018.
Pembunuhan Khashoggi, yang terkenal kerap melancarkan kritik terhadap pemerintahan Saudi di masa hidupnya, menyeret nama sang putra mahkota.
Sebelas tersangka warga Arab Saudi telah diadili dalam persidangan tertutup. Sebuah laporan PBB telah meminta Pangeran Mohammad dan pejabat senior Arab Saudi lainnya untuk diselidiki.
Sebelumnya Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengatakan dalam sebuah wawancara yang disiarkan stasiun televisi CBS bahwa ia sama sekali tidak memerintahkan pembunuhan Khashoggi, meskipun ia memikul tanggung jawab sebagai pemimpin negaranya.