Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Demonstrasi Bergulir karena Pemerintah tak Responsif

Gerakan mahasiswa yang berdemonstrasi menentang pengesahan sejumlah RUU kontroversial terjadi karena pemerintah dan DPR tidak merespon tuntutan publik.
Mahasiswa bentrok dengan aparat kepolisian saat aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR, Jakarta, (24/9). Bentrokan terjadi saat polisi berusaha membubarkan aksi mahasiswa yang menolak revisi sejumlah Undang-undang yang diusulkan DPR./Bisnis-Abdullah Azzam
Mahasiswa bentrok dengan aparat kepolisian saat aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR, Jakarta, (24/9). Bentrokan terjadi saat polisi berusaha membubarkan aksi mahasiswa yang menolak revisi sejumlah Undang-undang yang diusulkan DPR./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com,JAKARTA - Gerakan mahasiswa yang berdemonstrasi menentang pengesahan sejumlah RUU kontroversial terjadi karena pemerintah dan DPR tidak merespon tuntutan publik.

Dosen Ilmu Politik Universitas Diponegoro Semarang Wijayanto mengatakan bahwa berdasarkan kronologis gerakan, aksi mahasiswa bukanlah sesuatu yang muncul tiba-tiba. Ada proses panjang sebelumnya yang melatarbelakangi hal tersebut.

Di Semarang, lanjutnya, telah ada gerakan aliansi masyarakat Jawa Tengah, tokoh-tokoh masyarakat sipil, tokoh-tokoh lintas agama, juga aliansi akademisi yang mengkritisi seleksi calon pimpinan KPK dan RUU KPK. Akan tetapi, tuturnya, aspirasi tersebut diabaikan oleh para pemangku kepentingan.

“Gerakan ini terjadi berkali-kali namun terkesampingkan. Kekecewaan publik ini tentu saja juga terjadi di Jakarta, Yogyakarta, Malang, Surabaya dan kota-kota lainnya. Apa yang menjadi aspirasi tidak didengar. RUU KPK ternyata disahkan,” ujarnya, Rabu (25/9/2019).

Lanjutnya, pada saat bersamaan muncul RUU bermasalah lainnya seperti rancangan KUHP dan RUU Pertanahan. Rancangan KUHP misalnya dipersepsikan membatasi kebebasan sipil, kebebasan pers dan terlalu banyak mencampuri ruang privat.

“Kekecewaan ini makin meluas tidak hanya karena rezim tidak mendengar namun juga respon terhadap kritik itu yang dinilai justru kontraproduktif,” tambahnya.

Karena itu, dia berpendapat memang ada gerakan dari masyarakat sipil yang bersamasama melihat permasalahan yang serius ini. Namun kita juga tidak boleh naif melihat realita bahwa selalu ada kekuatan lain yang mencoba untuk menunggangi gerakan ini.

“'Rekan saya di LP3ES, Ismail Fahmi, yang juga Direktur Drone Emprit menemukan aksi di Gejayan, misalnya, bahwa ada kekuatan lain yang mencoba mengampanyekan apa yang terjadi di Gejayan dalam frame menurunkan Jokowi. Tapi hal itu tidak disuarakan dari gerakan mahasiswa itu sendiri. Jadi Fahmi tidak menyatakan gerakan mahasiswa di Gejayan tidak murni dan berbelok,” pungkas  Direktur Center for Media and Democracy  LP3ES itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper