Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PM Boris Johnson Yakin Capai Kesepakatan Brexit dalam Waktu Dekat

Dengan waktu kurang dari 7 pekan yang tersisa hingga tenggat waktu 31 Oktober, Johnson belum mencapai kesepakatan dengan Brussels untuk mengatur pemisahan yang belum pernah terjadi sebelumnya antara ekonomi terbesar kelima di dunia dan mitra dagang terbesarnya.
Ilustrasi brexit/Reuters
Ilustrasi brexit/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa beberapa hari ke depan akan menjadi kunci bagi peluangnya untuk mencapai kesepakatan Brexit.

Dia juga menyampaikan bahwa perjanjian dengan Uni Eropa masih akan menjadi fokus utamanya dan ada kemungkinan untuk terealisasi.

Dengan waktu kurang dari 7 pekan yang tersisa hingga tenggat waktu 31 Oktober, Johnson belum mencapai kesepakatan dengan Brussels untuk mengatur pemisahan yang belum pernah terjadi sebelumnya antara ekonomi terbesar kelima di dunia dan mitra dagang terbesarnya.

Johnson telah berjanji untuk meninggalkan Uni Eropa dengan atau tanpa kesepakatan pada 31 Oktober, meskipun anggota parlemen Inggris telah mengesahkan undang-undang yang akan memaksanya untuk meminta penundaan tidak ada kesepakatan yang tercapai dengan Uni Eropa.

Perdana menteri Inggris itu akan melakukan perjalanan ke Luksemburg hari ini untuk bertemu dengan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker, dan telah menetapkan prospeknya untuk mencapai kesepakatan pada KTT para pemimpin Uni Eropa pada 17-18 Oktober.

Dia mengatakan bahwa dirinya bermaksud untuk mendorong perubahan isi kesepakatan terkait perbatasan Irlandia dan melindungi kepentingan bisnis.

"Saya yakin kita dapat melakukannya dan saya percaya kesepakatan seperti itu bukan hanya kepentingan Inggris tetapi juga rekan-rekan di Eropa," tulis Johnson di surat kabar Daily Telegraph, seperti dikutip melalui Reuters, Senin (16/9/2019).

Johnson dan para menterinya dalam beberapa hari terakhir membicarakan kemajuan dalam negosiasi dengan Brussels, tetapi pihak Uni Eropa secara konsisten terdengar kurang optimistis, menempatkan penekanan pada Inggris untuk memunculkan ide-ide baru.

Kesepakatan terkait masa depan di perbatasan darat antara anggota Uni Eropa, Irlandia dan provinsi Inggris, Irlandia Utara adalah masalah utama perselisihan antara Johnson dan rekannya di Eropa, serta para anggota parlemen di London.

Isi kesepakatan tentang perbatasan di Irlandia atau Irish Backstop telah tiga kali ditolak oleh parlemen Inggris, sejak dari masa pemerintahan Theresa May.

Sejak mulai menggantikan tugas May pada Juli, Johnson telah mengadopsi sikap negosiasi yang lebih keras, bersumpah bahwa jika perlu Inggris akan keluar tanpa kesepakatan.

"Ini bukan dan tidak akan pernah menjadi hasil yang saya inginkan, tetapi persiapan kami sekarang sangat baik. Mungkin ada kesulitan di depan, tetapi kita akan mengatasi semuanya," kata Johnson.

Namun demikian, dia belum mengumumkan secara terbuka proposal baru tentang bagaimana menyelesaikan masalah perbatasan Irlandia Utara.

Kini Johnson memiliki ruang gerak yang sangat dibatasi oleh parlemen, yang baru saja mengesahkan undang-undang yang bertujuan untuk mencegah no-deal Brexit.

Dalam artikel Telegraph-nya, Johnson mengkritik parlemen karena menghambat proses perundingannya dengan menyetujui undang-undang tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper