Bisnis.com, JAKARTA -- Terus berlanjutnya aksi protes yang berlangsung di Hong Kong membuat posisi kota pelabuhan itu sebagai salah satu hub finansial dan bisnis dunia dipertimbangkan kembali.
Sebuah survei yang dilakukan American Chamber of Commerce mengungkapkan sebanyak 23 persen perusahaan yang memiliki kantor di Hong Kong tengah mempertimbangkan untuk memindahkan operasional bisnis ke kota lain. Dari jumlah itu, sebanyak 9 dari 10 perusahaan melihat Singapura sebagai lokasi yang potensial.
Seperti dilansir Bloomberg, Jumat (13/9/2019), sebanyak 80 persen responden menyatakan unjuk rasa yang terjadi berdampak terhadap keputusan investasi mereka terkait Hong Kong pada masa depan.
Survei ini dilaksanakan terhadap 120 perusahaan, yang sebagian besar memiliki kantor regional utama di Singapura, pada 21-29 Agustus 2019.
Di sisi lain, Pemerintah Singapura sudah menyampaikan bahwa tetap ada risiko apa yang terjadi di Hong Kong bisa berpengaruh negatif terhadap Negeri Singa dalam hal perdagangan dan investasi.
"Berlanjutnya disrupsi atas stabilitas Hong Kong akan menularkan dampak negatif ke Singapura dan kawasan karena hubungannya yang dekat," ucap Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Chan Chun Sing, Senin (2/9).
Baca Juga
Gelombang protes besar-besaran di Hong Kong sudah terjadi setidaknya sejak 3 bulan terakhir dan mulai memengaruhi perekonomian kota tersebut. Beberapa sektor yang sudah terdampak adalah pariwisata, ritel, dan properti.
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke kota itu anjlok hingga 40 persen secara year-on-year (yoy) pada Agustus 2019. Okupansi hotel pun merosot sampai 50 persen, sehingga membuat tarif kamar hotel jatuh 40-70 persen.
Pada Juli 2019, penjualan ritel juga jatuh ke posisi terdalam sejak Februari 2016.
Di sektor properti, Centaline Property Agency Ltd. mencatat pada Juli 2019, nilai transaksi untuk rumah mewah baru merosot 31 persen ke level terendah dalam 8 bulan. Tarif sewa bulanan untuk tempat tinggal ultra-mewah pun turun dengan kisaran yang sama.