Bisnis.com, JAKARTA – Wardiman Djojonegoro, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada 1993 –1998, punya banyak cerita tentang Baharuddin Jusuf Habibie yang punya nama panggilan Rudy.
Maklum, Wardiman dan Presiden Ketiga RI itu adalah rekan sekampus saat di Bandung dan teman sekamar saat kuliah di Jerman.
Dalam bukunya Sepanjang Jalan Kenangan (2016), Wardiman menulis bahwa walau beda angkatan saat di Universiteit Indonesia di Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung), mereka ikut pelonco di waktu yang sama. Ini karena Wardiman baru bisa ikut pelonco di tahun keduanya. “Nama pelonco saya ‘Prop Ngisor’, sedangkan nama pelonco BJ Habibie adalah ‘Bangsat’,” tulisnya.
Saat kuliah di Jerman, ada kisah unik ketika Wardiman berniat belajar bahasa Prancis dari buku dan dengan bantuan piringan hitam. “Supaya tidak mengganggu B.J. Habibie, saya lakukan ini di kamar lain dengan mengurangi volume suara piringan hitam. Tetapi rupayanya suara pelajaran yang monoton itu terdengar oleh B.J. Habibie. Buktinya, setelah beberapa bulan, terenyata dia yang lebih hapal pelajaran itu,” tulisnya di halaman 13.
Bahkan 30 tahun kemudian, kata Wardiman, Habibie masih fasih menyanyikan sur le pont d'avignon, lagu pelajaran bahasa Prancis yang dulu diputarnya di Aachen melalui piringan hitam.
Habibie dan Wardiman pada 1984./Repro
Selain soal kemampuan luar biasanya menyerap suatu ilmu, Habibie juga dikenal piawai memasak makanan kesukaannya sendiri seperti rendang, mi kuah, atau ikan tuna dengan ditambah pelezat Maggie.
Menurut Wardiman, selain cerdas, kehangatan dan keramahan B.J. Habibie cukup menonjol, tidak pandang bulu dengan siapa pun. “Saya pernah melihat B.J. Habibie asyik bercakap-cakap dengan penyapu jalan itu sambil duduk di trotoar,” katanya.
Di luar itu, B.J. Habibie tak pernah berhenti berpikir tentang bagaimana membangun Indonesia dan mempersiapkan kami yang belajar di luar negeri agar peduli dan memikirkan bangsa.
Kemudian muncullah gagasan menyelenggarakan Seminar Pembangunan dan mengumpulkan pendapat mahasiswa Indonesia di luar negeri. Hasilnya kelak disumbangkan kepada pemerintah Indonesia sebagai buah pikiran mahasiswa Indonesia yang belajar di Eropa.
“BJ Habibie, yang waktu itu menjadi Ketua Persatuan Pelajar Indonesia di Aachen, giat menggerakkan teman-teman menyelenggarakan seminar. Ia pun dipilih sebagai Ketua Panitia Seminar Pembangunan.”
Sayangnya, Habibie sendiri tak bisa menghadiri seminar yang terselenggara pada 20—25 Juli 1959 di Hamburg-Barsbuttel karena harus dirawat di rumah sakit setelah kelelahan menyiapkan acara tersebut.
Rudy telah menghembuskan napas terakhir pada Rabu (11/9) di di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
Ia akan dimakamkan di komplek Taman Makam Pahlawan Kalibata, di samping kekasihnya, Hasri Ainun Besari. Lokasi tepatnya berada di Blok M 121 TMP Kalibata.