Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Langkah Terjal Adam Neumann Membawa WeWork ke Lantai Bursa

Neumann yang digadang-gadang akan menjadi salah satu pengusaha terkaya dunia, kini harus bergerak cepat dan bijak untuk menyelamatkan perusahaannya.
ilustrasi/Bloomberg
ilustrasi/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA -- Jargon ambisius yang disampaikan bos WeWork Cos. Inc. Adam Neumann selama perjalanan kampanye di London, Boston, Toronto hingga New York tampaknya tidak cukup untuk meyakinkan para calon investor.

Neumann yang digadang-gadang akan menjadi salah satu pengusaha terkaya dunia, kini harus bergerak cepat dan bijak untuk menyelamatkan perusahaannya.

Di tengah kekhawatiran prospek perusahaan, para pejabat eksekutif WeWork dan investor terbesarnya, SoftBank Group Corp., mempertimbangkan untuk menunda IPO yang berisiko memangkas setengah dari valuasi perusahaan.

Jika tetap memaksakan rencana pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO), valuasi WeWork diperkirakan akan terpangkas habis dari kisaran US$47 miliar menjadi US$15 miliar.

Angan-angan Neumann untuk memperlebar sayap perusahaan yang merugi US$1,6 miliar tahun lalu itu, kini berada di ujung jurang terjal.

Dilansir melalui Bloomberg, Neumann memiliki rencana besar untuk WeWork yakni dengan menargetkan penyerapan dana sebesar US$3,5 miliar dari para investor ekuitas serta berencana untuk mengajukan fasilitas pembiayaan sebesar US$6 miliar, yang hanya dapat terealisasi jika IPO berjalan lancar.

Karena keraguan tentang penawaran saham meningkat, nilai obligasi WeWork jatuh dengan cepat. Para trader menekan harga terhadap surat utang yang jatuh tempo pada 2025 di bawah face value untuk pertama kalinya sejak 13 Agustus, sementara imbal hasilnya naik menjadi 8%.

Analis Fitch Ratings, Kevin McNeil, memperkirakan bahwa WeWork hanya memiliki dua opsi yang paling memungkinkan untuk dilakukan saat ini.

"Kami terus pantau. Sejauh ini IPO jauh dari opsi yang dapat mereka ambil. Perusahaan harus mengubah profil pertumbuhannya dan atau mencari sumber alternatif modal pertumbuhan," kata McNeil, seperti dikutip melalui Bloomberg, Kamis (12/9/2019).

Perusahaan induk WeWork, We Co., memperingatkan dalam catatan rencana IPO bahwa jika terus tumbuh pesat maka WeWork kemungkinan akan kehilangan momentum untuk mencapai profitabilitas yang lebih tinggi pada masa depan.

Fitch menurunkan peringkat kredit WeWork bulan lalu, dengan mengatakan keputusan menunda momentum untuk menjadi perusahaan yang menguntungkan membuat perusahaan menjadi lebih berisiko.

WeWork mendapatkan peringkat B dari Fitch dan S&P Global Ratings, dan dianggap sangat spekulatif.

WeWork beroperasi dengan memperoleh sewa ruang kantor jangka panjang, lalu menyewakan real estat untuk periode waktu yang lebih singkat. Itu artinya WeWork memiliki kewajiban jangka panjang yang ditanggung oleh pendapatan yang tidak pasti.

Sepanjang karirnya di perusahaan ini, Neumann telah mengumpulkan modal lebih dari US$12 miliar dan membuka lebih dari 100 kantor di seluruh dunia, tetapi belum menghasilkan keuntungan sepeserpun.

Meski demikian, dia tetap berambisi untuk terus melanjutkan rencana IPO sambil terus mencari pendanaan swasta.

Belum lama ini, Neumann sering kali disebut untuk menjadi salah satu pengusaha terkaya di dunia.

Awal tahun ini, lebih dari 1 dekade sejak dia meluncurkan WeWork, sejumlah bankir memperkirakan bahwa valuasi Neumann mencapai US$65 miliar.

Artinya, kepemilikan saham Nuemann pada saat itu, sebesar 22% memiliki nilai mencapai US$14 miliar dan menjadikannya salah satu dari 150 orang terkaya di dunia.

"Berdasarkan perhitungan terkini, nilai saham Neumann bahkan tidak sampai melebihi US$3 miliar, tidak cukup untuk mempertahankan namanya di dalam Bloomberg Billionaires Index," tulis Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper