Bisnis.com, JAKARTA -- Moody’s Investor Service mempublikasikan sebuah laporan yang menunjukkan perubahan proyeksi pertumbuhan periode 2019-2020 untuk 16 negara di Asia Pasifik dengan mengutip kegiatan perdagangan dan investasi yang melemah.
Lembaga pemeringkat tersebut mengatakan bahwa prospek pertumbuhan yang lemah tidak dapat dihindarkan meskipun ada dukungan dari segi konsumsi swasta dan publik yang solid.
Laporan ini mencakup ekonomi Australia, China, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Mongolia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.
Di antara keenambelas negara di Asia Pasifik tersebut, Hong Kong dan Singapura diperkirakan akan mengalami pelemahan pertumbuhan yang sangat signifikan tahun ini, dengan kemunduran yang sangat besar dalam pertumbuhan PDB riil dibandingkan dengan paruh pertama 2018.
"Ekonomi yang berorientasi eksternal mengalami pelambatan yang lebih tajam selama 6 bulan pertama 2019, sedangkan faktor domestik memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pertumbuhan di Jepang, India dan Filipina," tulis laporan Moody's seperti dikutip oleh Bisnis.com, Senin (26/8).
Prospek pertumbuhan Hong Kong dibebani oleh aksi unjuk rasa anti-pemerintah yang berkepanjangan, sedangkan ekonomi Singapura diselimuti oleh ketegangan perdagangan dan perlambatan ekonomi global secara keseluruhan.
Moody's menurunkan peringkat pertumbuhan Hong Kong dan Singapura untuk tahun ini menjadi 0,5% dari 2,3%.
Sementara itu, prospek pertumbuhan Hong Kong untuk tahun depan diturunkan menjadi 1% dari 2,7% dan Singapura menjadi 1,2% dari 2,5%.
Moody's juga menunjukkan bahwa ekonomi global melemah telah menghambat ekspor Asia dan ketidakpastian dagang telah membebani minat investasi.
Secara khusus, pembentukan modal yang lebih rendah telah mencerminkan melemahnya ekspor, terutama untuk ekonomi yang bergantung pada perdagangan seperti Korea dan Hong Kong.
Moody's juga mengatakan bahwa pertumbuhan keseluruhan PDB yang lebih lambat di Asia Pasifik belum membebani kondisi lapangan kerja yang lebih luas, sedangkan inflasi yang lunak umumnya mendukung daya beli di kawasan tersebut.