Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Eropa Tolak AS Masukkan Rusia ke Kelompok G7

Presiden Ukraina mendukung negara utama Eropa dalam menentang penerimaan kembali Rusia masuk kelompok tujuh negara maju (G7) dengan alasan Moskow masih menduduki Krimea dan menggagalkan perdamaian di Ukraina bagian timur.
Bendera Federasi Rusia di Kedutaan Besar Rusia di Washington, Amerika Serikat./Reuters
Bendera Federasi Rusia di Kedutaan Besar Rusia di Washington, Amerika Serikat./Reuters

Bisnis.com. JAKARTA - Presiden Ukraina mendukung negara utama Eropa dalam menentang penerimaan kembali Rusia masuk kelompok tujuh negara maju (G7)  dengan alasan Moskow masih menduduki Krimea dan menggagalkan perdamaian di Ukraina bagian timur.

Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Selasa (20/8/2019)  bahwa "pantas" untuk menyatukan kembali Rusia yang dulunya tergabung dalam G8.

Prancis akan menjadi tuan rumah pertemuan para pemimpin G7 akhir pekan ini. Akan tetapi Jerman, Prancis, Inggris serta semua anggota G7 secara spontan menolak gagasan Trump.

Negara-negara tersebut menyatakan  bahwa Rusia harus dikeluarkan setelah menganeksasi Krimea dan kemudian mendukung pemberontakan anti-Kiev di kawasan industri Donbas di Ukraina bagian timur.

“Tidak ada yang berubah sejak Maret 2014, ketika keanggotaan Rusia dalam G8 dihentikan. Krimea sedang diduduki seperti sejuga Donbas, Ukraina yang terlibat perang,” kata Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy seperti dikutip Reuters, Jumat (23/8/2019).

Mendukung pandangan itu, seorang pejabat Uni Eropa mengatakan bahwa menerima kembali Presiden Rusia Vladimir Putin tanpa syarat akan "kontraproduktif, tanda kelemahan".

“Uni Eropa tetap berpandangan kuat bahwa alasan pengecualian Rusia pada tahun 2014 dari G8 masih berlaku sampai hari ini meski telah berlaku sejak lima tahun lalu. Jadi Uni Eropa akan menentang gagasan mengembalikan Rusia ke G7,” katanya.

Uni Eropa dan Amerika Serikat telah menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas perannya dalam konflik Ukraina. Sekitar 13.000 orang terbunuh hingga saat ini, menurut data AS.

Pertempuran berlanjut di Donbas meskipun dengan intensitas rendah. Sedangkan, sebuah proses perdamaian yang ditengahi oleh Berlin dan Paris terhenti.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper