Bisnis.com, JAKARTA--Presiden Amerika Serikat Donald Trump menilai peran militer AS di Afghanistan selama 18 tahun pada dasarnya telah berubah menjadi pasukan polisi "konyol".
Saat ini, AS tengah menegosiasikan rencana perdamaian, baik dengan pemerintah Afghanistan maupun Taliban.
“Kami sedang berdiskusi dengan baik. Kami akan melihat apa yang terjadi. Sudah 18 tahun. Kami tidak benar-benar berkelahi. Kami hampir seperti pasukan polisi di sana. Kami tidak seharusnya menjadi polisi, "kata Trump, dikutip dari Reuters, Rabu (21/8/2019).
Sekitar 14.000 tentara AS masih dipertahankan di Afghanistan untuk melatih dan memberi konsultasi kepada pasukan keamanan Afghanistan, serta melakukan operasi kontra pemberontakan terhadap kelompok-kelompok militan seperti al-Qaeda dan afiliasi lokal ISIS.
Wacana penarikan pasukan dari wilayah itu telah menimbulkan kekhawatiran dalam militer AS dan beberapa anggota parlemen AS. Penarikan pasukan dikhawatirkan membuat Afghanistan dapat terjun ke dalam perang saudara baru yang memungkinkan Taliban kembali berkuasa. Kemenangan Taliban juga dikhawatirkan akan memberikan tempat perlindungan bagi al-Qaeda serta militan lainnya untuk memperluas dan merencanakan serangan baru terhadap AS dan sekutunya.
Trump menyatakan kesediaan untuk menarik beberapa pasukan AS di Afghanistan. Namun, beberapa tetap diperlukan keberadaannya untuk memastikan Amerika Serikat memiliki intelijen di sana.
Baca Juga
"Kami membawa beberapa pasukan kami kembali tetapi kami harus memiliki perwakilan," kata Trump.
Trump menegaskan pada dasarnya, jika mau, AS dapat mengakhiri perang dalam sepekan. Tetapi itu tak akan dilakukan karena Trump tak ingin mengorbankan 10 juta warga Afghanistan.
"Tapi ini perang yang sudah berlangsung hampir 19 tahun dan terus terang itu konyol. Tetapi dengan mengatakan Afghanistan adalah tempat yang berbahaya maka kita harus selalu mengawasinya," kata Trump.
Trump melihat bahwa Taliban ingin berhenti memerangi AS, tetapi tidak jelas apakah Taliban dapat dipercaya.