Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PM Inggris Janjikan Brexit Tepat Waktu dengan atau Tanpa Kesepakatan

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan dia masih menginginkan kesepakatan Brexit dengan Uni Eropa, tetapi Inggris akan siap meninggalkan blok ekonomi tersebut tanpa perjanjian pada 31 Oktober jika perlu.
Boris Johnson/REUTERS-Toby Melville
Boris Johnson/REUTERS-Toby Melville

Bisnis.com, JAKARTA -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan dia masih menginginkan kesepakatan Brexit dengan Uni Eropa, tetapi Inggris akan siap meninggalkan blok ekonomi tersebut tanpa perjanjian pada 31 Oktober jika perlu.

Johnson yang akan pergi ke Berlin dan Paris pekan ini untuk membahas Brexit dengan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, mengatakan para pemimpin Uni Eropa menunjukkan sedikit keengganan saat ini untuk mengubah posisi mereka.

Namun dia yakin mereka akan berubah pikiran.

"Saya ingin kesepakatan Brexit. Kami siap bekerja dengan teman dan mitra kami untuk mendapatkan kesepakatan, tetapi jika kita menginginkan tawaran yang bagus untuk Inggris maka kita juga harus secara bersamaan bersiap-siap keluar tanpa itu [kesepaktan]," ujar Johnson seperti dikutip melalui Bloomberg, Selasa (20/8/2019).

Johnson akan mengunjungi Berlin dan Paris pada 21 Agustus dan 22 Agustus dalam perjalanan luar negeri pertamanya sejak menjadi perdana menteri. Kunjungan ini juga dilakukan menjelang KTT G7 di Prancis.

Peringatan yang disampaikan pada akhir pekan lalu, di mana Johnson menegaskan bahwa Inggris tidak akan membatalkan hasil referendum, muncul di tengah kehebohan bocornya dokumen resmi bahwa pemerintah tengah mengantisipasi krisis selama 3 bulan di pelabuhan Inggris, perbatasan keras (hard border) Irlandia, hingga kelangkaan bahan pangan dan obat-obatan.

Inggris tampaknya bergerak menuju no-deal Brexit yang berisiko di tengah ketidakpastian ekonomi global akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

Pound jatuh ke level terendah sejak referendum Brexit 2016 dan ekonomi Inggris merosot untuk pertama kalinya sejak 6 tahun terakhir pada kuartal kedua.

Johnson berada di bawah tekanan yang meningkat untuk mengumpulkan kembali Parlemen dari reses musim panas guna membahas krisis Brexit.

Di sisi lain, Uni Eropa sejak awal telah mengesampingkan negosiasi ulang kesepakatan yang mengalami penolakan tiga kali oleh Parlemen pada masa pemerintahan Theresa May.

Kesepakatan itu terhenti di Parlemen dengan adanya ketidaksepakatan tentang kebijakan perbatasan Irlandia, dengan Uni Eropa bersikeras pada opsi backstop yang akan mengikat Inggris erat ke blok Eropa.

Kebuntuan itu membuat oposisi no-deal Brexit hanya memiliki waktu singkat untuk menemukan strategi terbaik sebelum Inggris tersingkir dari blok itu tanpa kesepakatan, sebuah peristiwa yang menurut para pelaku bisnis dan banyak ekonom akan memicu kekacauan ekonomi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper