Bisnis.com, JAKARTA -- Di balik negara-negara Eropa Barat yang mengalami kontraksi ekonomi beberapa waktu belakangan, ekonomi di timur Uni Eropa justru bertahan di tengah tantangan global.
Sruvei analis Bloomberg menunjukkan, meskipun pertumbuhan tahunan mengalami sedikit penurunan di seluruh wilayah pada kuartal kedua, Hongaria, Polandia, dan Rumania memimpin ekspansi di dalam lingkup Uni Eropa.
Bahkan enam negara di Eropa Timur yang memiliki laju pertumbuhan paling lambat melaporkan proyeksi kenaikan setidaknya pada kisaran 2,6%.
Dengan perang perdagangan global yang menekan output di seluruh dunia serta Brexit membebani Uni Eropa, ekonomi di timur blok itu masih berpacu untuk mengejar ketinggalan dengan rekan-rekan Barat mereka yang lebih makmur.
Konsumen mengambil hipotek baru dan membeli lebih banyak mobil bersamaan dengan kenaikan gaji yang menopang pendapatan.
"Kami telah melihat pertumbuh dua digit dalam penjualan selama beberapa tahun terakhir, hal ini mencerminkan peningkatan ekonomi dan pemulihan daya beli," ujar Gabor Gablini, Presiden Asosiasi Dealer Otomotif Hungaria, seperti dikutip melalui Bloomberg, Rabu (14/8/2019).
Dia menambahkan bahwa risiko terbesar untuk pertumbuhan lebih lanjut berasal dari luar negeri.
Ekspansi yang didorong oleh konsumsi telah menjadi tren selama beberapa tahun terakhir. Kekurangan tenaga kerja yang akut di seluruh wilayah memicu kenaikan upah yang melonjak di banyak negara.
Di Hongaria, kebijakan moneter yang longgar digabungkan dengan subsidi negara untuk menyalurkan lebih banyak uang tunai kepada rumah tangga.
Pemerintah Hongaria menargetkan pertumbuhan yang lebih tinggi 2 poin persentase dari rata-rata Uni Eropa.
Untuk mencapai itu, Perdana Menteri Viktor Orban menjanjikan dua putaran stimulus untuk tahun depan.
Bank sentral, yang dioperasikan oleh sekutu Orban, telah melonggarkan kebijakan lebih dari rekan-rekan regionalnya dan mengumumkan program untuk meningkatkan kredit kepada rumah tangga dan perusahaan.
Gambaran serupa terjadi di Polandia, di mana pemerintah telah meningkatkan pengeluaran sebelum pemilihan umum pada Oktober.
Untuk kawasan yang sangat terintegrasi ke dalam rantai pasokan internasional, pertanyaan utamanya adalah apakah dukungan domestik akan cukup untuk mengimbangi perlambatan ekonomi global.
Beberapa negara dengan kebijakan yang kurang stimulatif sudah merasakan kesulitan.
Survei manajer pembelian telah menunjukkan pesimisme yang meningkat dan angka produksi industri turun dalam beberapa bulan terakhir.
Terlepas dari tingkat pengangguran yang rendah dan pertumbuhan upah yang kuat, laju ekspansi tahunan di Slovakia mungkin mencatatkan laju paling lambat dalam lebih dari 2 tahun terakhir.
Sementara itu di Republik Ceko, prospek pertumbuhan yang memburuk mendorong bank sentral untuk mempertahankan suku bunga stabil setelah memimpin bank sentral lain di Eropa dalam tren suku bunga tinggi.
Ekonom JPMorgan Chase & Co. Jose Cerveira mengatakan dalam sebuah catatan bahwa meskipun wilayah tersebut hampir sepenuhnya terputus dari dampak pelemahan di Jerman pada paruh pertama 2019, risikonya telah meningkat.
"Pelemahan yang terjadi seragam di Eropa menunjukkan tanda bahaya yang serius, Kami telah merevisi perkiraan pertumbuhan menjadi lebih rendah untuk kuartal mendatang," ujar Cerveira.