Bisnis.com, BANDUNG - Pemerintah Thailand akan mengelontorkan paket stimulus untuk menopang perekonomian negara tersebut yang mulai melambat akibat perang dagang antara AS dan China.
Menteri Keuangan Uttama Savanayana mengatakan paket itu termasuk bantuan untuk petani dan masyarakat berpenghasilan rendah, serta inisiatif untuk meningkatkan pengeluaran konsumen dan investasi.
Namun, proposal itu perlu persetujuan kabinet. Rencananya, pemerintah akan mengadakan pertemuan menteri untuk membahas paket tersebut pada hari ini, Jumat (16/08/2019).
"Pemerintah percaya bahwa langkah ini akan meringankan masalah rakyat Thailand," kata Uttama, Jumat (16/08/2019).
Dia juga menambahkan pemerintah akan menambah likuiditas keuangan tidak kurang dari 200 miliar baht atau US$ 6,5 miliar pada paruh kedua tahun ini.
Terlalu kuatnya nilai mata uang telah menjadi salah satu hambatan bagi ekonomi Thailand.
Di tengah guncangan ekonomi dunia ini, wacana untuk melonggarkan anggaran untuk mengatasi perlambatan ekonomi di sejumlah negara terus bergaung.
Bank-bank sentral di beberapa negara mengaku mereka tidak dapat membantu ekonomi hanya dengan mengandalkan stimulus moneter saja.
Bank of Thailand secara tidak terduga menurunkan bunga kredit bulan ini, tetapi peningkatan utang rumah tangga membatasi ruang lingkup untuk pelonggaran yang agresif.
"Perhitungan untuk tahun fiskal 2020 menunjukkan bahwa ada banyak ruang untuk meningkatkan pengeluaran dan ini masih tetap dalam batasan defisit dan tingkat utang publik," kata Ekonom di DBS Group Holdings Ltd. Radhika Rao kepada Bloomberg, Jumat (16/08/2019).
Menurut Uttama, paket stimulus yang diusulkan termasuk kompensasi dan pinjaman darurat untuk petani yang menderita kekeringan dengan kerugian hingga 112 miliar baht. Lebih banyak dana akan digelontorkan pemerintah untuk pemegang kartu kesejahteraan, dan sebanyak 10 juta orang dapat memperoleh masing-masing 1.500 baht untuk belanja wisata.
Rencana tersebut juga akan menyisihkan 98,7 miliar baht untuk program jaminan pendapatan untuk petani yang memproduksi beras, karet, singkong dan kelapa sawit, sehingga turut membantu sekitar 6,2 juta rumah tangga.
Berdasarkan data Bloomberg, produk domestik bruto (PDB) Thailand diperkirakan tumbuh menjadi 2,3% pada kuartal kedua - laju terlemah dalam hampir lima tahun - karena tekanan di sektor ekspor dan pariwisata. Negara ini rentan terhadap ketegangan AS-Cina, karena kedua negara yang berseteru adalah mitra dagang besar Thailand dan ekonomi negara ini ditopang oleh sektor wisata.
Kepala Ekonom dan Riset Pasar Keuangan Siam Commercial Bank Pcl Kampon Adireksombat memperkirakan ekspor Thailand akan terkontraksi sebanyak 2,7% tahun ini dan pertumbuhan ekonomi pada keseluruhan 2019 hanya akan mencapai 3%.