Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan keterbukaan arus komunikasi dan interaksi yang semakin mudah harus dimanfaatkan sekaligus diwaspadai dalam waktu bersamaan.
Menurut Jokowi, saat ini masyarakat dapat lebih mudah mendapat pengetahuan dan pengalaman yang positif. Namun, kemudahan itu juga membawa ancaman terhadap Pancasila, adab sopan santun Indonesia, tradisi dan seni budaya Indonesia, serta warisan kearifan-kearifan lokal bangsa ini.
"Dalam bidang pertahanan-keamanan kita juga harus tanggap dan siap. Menghadapi perang siber. Menghadapi intoleransi, radikalisme, dan terorisme. Serta menghadapi ancaman kejahatan-kejahatan lainnya baik dari dalam maupun luar negeri yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa kita," ujar Jokowi di Pidato Kenegaraan HUT Ke-74 Proklamasi Indonesia, Jakarta, Jumat (16/8/2019).
Presiden ketujuh RI ini juga menegaskan bahwa Indonesia tidak takut dengan keterbukaan di era revolusi industri 4.0 saat ini. Menurutnya, keterbukaan harus dihadapi dengan penuh kewaspadaan.
Kewaspadaan perlu dimiliki karena ada ancaman dari ideologi lain terhadap Pancasila. Jokowi juga mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap masuknya adab dan budaya lain yang tidak sesuai dengan kearifan bangsa Indonesia.
"Kewaspadaan terhadap apapun yang mengancam kedaulatan kita," katanya.
Baca Juga
Kemudian, eks Gubernur DKI Jakarta ini menyatakan bahwa Indonesia tidak takut terhadap persaingan di era sekarang. Menurutnya, persaingan harus dihadapi dengan kreativitas, inovasi, dan kecepatan.
"Karena itu tidak ada pilihan lain, kita harus berubah. Cara-cara lama yang tidak kompetitif tidak bisa diteruskan. Strategi baru harus diciptakan. Cara-cara baru harus dilakukan. Kita tidak cukup hanya lebih baik dari sebelumnya. Tetapi kita harus lebih baik dari yang lainnya. Sekali lagi, kita tidak cukup hanya lebih baik dari sebelumnya. Tetapi kita harus lebih baik dari yang lainnya," tuturnya.