Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Media China Tuding AS Ganggu Tatanan Internasional

Surat kabar resmi Partai Komunis China mengatakan bahwa Amerika Serikat telah dengan sengaja mengganggu tatanan internasional, sehari setelah Washington menyebut Beijing sebagai manipulator mata uang di tengah ketegangan perang dagang yang terus meningkat.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menghadiri pertemuan bilateral kedua negara di sela-sela KTT G20 di Osaka, Jepang, Sabtu (29/6/2019)./Reuters-Kevin Lamarque
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menghadiri pertemuan bilateral kedua negara di sela-sela KTT G20 di Osaka, Jepang, Sabtu (29/6/2019)./Reuters-Kevin Lamarque

Bisnis.com, JAKARTA -- Surat kabar resmi Partai Komunis China mengatakan bahwa Amerika Serikat telah dengan sengaja mengganggu tatanan internasional, sehari setelah Washington menyebut Beijing sebagai manipulator mata uang di tengah ketegangan perang dagang yang terus meningkat.

Dalam tulisan editorial yang bernada keras, People's Daily menyatakan bahwa Amerika Serikat, sebagai negara besar memiliki tanggung jawab untuk menjamin stabilitas dan kepastian sambil menciptakan kondisi dan peluang untuk pembangunan semua negara di dunia.

"Tetapi beberapa orang di Amerika Serikat justru melakukan hal sebaliknya," tulis People's Daily, seperti dikutip melalui Reuters, Selasa (6/8/2019).

Departemen Keuangan AS mengatakan pada Senin (5/8/2019) bahwa mereka menilai, untuk pertama kalinya sejak tahun 1994, bahwa China memanipulasi mata uangnya, sehingga menyebabkan perselisihan perdagangan terseret ke wilayah yang belum dipetakan dan menambah hiruk pikuk di pasar keuangan global.

Perang tarif antarkedua ekonomi terbesar dunia tersebut telah menyebar keluar dari isu tarif, melibatkan industri vital lainnya seperti teknologi. Para analis memperingatkan bahwa lingkup balas membalas sanksi dapat melebar dan memburuk, membebani pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.

Pernyataan Washington disampaikan beberapa jam setelah China membiarkan yuan tergelincir ke level terendah dalam 11 tahun terakhir, yang menurut mereka terlihat sebagai stategi Beijing untuk membalas ancaman tarif Presiden AS Donald Trump.

Yuan melemah 2,3% dalam 3 hari belakangan sejak Trump mengumumkan tarif 10% terhadap impor China senilai US$300 miliar secara mendadak pada pekan lalu, sanksi ini akan berlaku per 1 September.

Namun, yuan terlihat kembali stabil pada Selasa (6/8/2019), di tengah tanda-tanda bahwa Bank Sentral China (PBOC) mungkin berusaha untuk menghentikan penurunan, yang telah memicu kekhawatiran terjadinya perang mata uang global.

Menurut catatan dari DBS Group Research, menyebut China seorang manipulator mata uang dapat membuka peluang bagi tarif AS meningkat menjadi lebih dari 25% untuk barang-barang China.

"Selain menyebut China sebagai manipulator mata uang, janji kampanye Trump adalah untuk menaikkan tarif impor menjadi 45% terhadap China," tulis catatan tersebut.

Keputusan AS untuk menyebut China sebagai manipulator disampaikan kurang dari tiga pekan setelah IMF mengatakan nilai yuan sejalan dengan fundamental ekonomi China, sementara dolar AS dinilai terlalu tinggi antara 6% hingga 12%.

Undang-Undang AS menetapkan tiga kriteria untuk mengidentifikasi manipulasi di antara mitra dagang utama, antara lain surplus neraca berjalan global material, surplus perdagangan yang signifikan dengan Amerika Serikat, dan intervensi satu arah yang terus-menerus di pasar valuta asing.

"...tidak berdasar bagi AS untuk menentukan bahwa ada manipulasi nilai tukar berdasarkan perubahan nilai tukar RMB [yuan] pada satu hari," kata Zhang Anyuan, Kepala Ekonom di China Securities.

Otoritas moneter China membiarkan yuan jatuh melewati level 7 yang diawasi ketat pada Senin (5/8/2019). PBOC bersikeras nilai yuan ditentukan oleh pasar, meskipun telah mempertahankan cengkeraman yang kuat dan mendukung mata uang ketika mendekati level sensitif selama setahun terakhir.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan pemerintah AS akan bekerja sama dengan IMF untuk menghilangkan persaingan tidak adil dari Beijing.

Setelah menentukan bahwa suatu negara adalah manipulator, Departemen Keuangan diharuskan untuk mengadakan pembicaraan khusus yang bertujuan memperbaiki mata uang yang undervalued, dengan hukuman seperti pengecualian dari kontrak pengadaan pemerintah AS.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper