Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perundingan Dagang AS-China Kembali Dimulai

China dan Amerika Serikat memulai babak baru perundingan dagang di Shanghai pada Rabu (31/7/2019), setelah negosiasi sempat terhenti selama 3 bulan yang dipicu oleh tuduhan Presiden AS Donald Trump yang mengatakan bahwa Beijing kerap menipu mereka.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menghadiri pertemuan bilateral kedua negara di sela-sela KTT G20 di Osaka, Jepang, Sabtu (29/6/2019)./Reuters-Kevin Lamarque
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menghadiri pertemuan bilateral kedua negara di sela-sela KTT G20 di Osaka, Jepang, Sabtu (29/6/2019)./Reuters-Kevin Lamarque

Bisnis.com, JAKARTA -- China dan Amerika Serikat memulai babak baru perundingan dagang di Shanghai pada Rabu (31/7/2019), setelah negosiasi sempat terhenti selama 3 bulan yang dipicu oleh tuduhan Presiden AS Donald Trump yang mengatakan bahwa Beijing kerap menipu mereka.

Menurut sejumlah laporan, delegasi AS termasuk Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan Perwakilan Dagang Robert Lighthizer memulai perundingan dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He di Xijiao State Guest Hotel, kawasan barat kota pelabuhan tersebut.

Dilansir melalui laporan yang dikumpulkan oleh Bloomberg, Mnuchin, Lighthizer dan Liu muncul bersama untuk sesi foto. Digambarkan, sisi China dari meja perundingan berisi total enam pejabat sementara sisi diisi oleh lima orang perwakilan.

"Berdasarkan apa yang saya ketahui suasananya baik," kata pemimpin redaksi Global Times Hu Xijin dalam unggahan di Twitter, tanpa mengutip sumber apa pun, seperti dikutip melalui Bloomberg, Rabu (31/7/2019).

Para delegas AS tiba di Shanghai pada Selasa (30/7/2019) dan menghadiri sebuah jamuan makan malam di Fairmont Peace Hotel. Seorang sumber yang mengetahui suasana di dalam ruangan mengatakan bahwa makan malam berjalan tanpa substansi negosiasi perdagangan.

Pada saat yang sama, dari Washington, Trump menggunggah rentetetan cuitan kemarahannya terhadap China di mana dia mengatakan bahwa China terkesan enggan untuk melakukan pembelian terhadap produk agrikultur AS dan menurutnya mereka kerap menipu AS.

"China tidak memiliki motif untuk menipu AS dan tidak pernah melakukannya, dan China tidak akan membuat konsesi terhadap prinsip-prinsip perdagangannya," tulis Kantor berita People's Daily, corong media Partai Komunis, menanggapi tuduhan Trump.

Tidak banyak yang diharapkan pasar dari perundingan dagang kali ini.

Baik jarak antara AS maupun China terlihat makin jauh dari 3 bulan lalu, ketiga negosiasi gagal dan masing-masing pihak saling melontarkan tuduhan demi tuduhan terkait siapa yang bertanggung jawab atas gagalnya upaya negosiasi.

Data yang dirilis pemerintah menunjukkan prospek sektor manufaktur China sedikit cerah, meskipun masih terkontraksi.

Indeks manajer pembelian manufaktur naik menjadi 49,7 pada Juli, dipimpin oleh kondisi yang lebih baik untuk perusahaan besar. Angka di bawah 50 menunjukkan sinyal kontraksi, meskipun lebih baik dari estimasi median 49,6 dalam survei ekonom. Indeks non-manufaktur turun menjadi 53,7.

Sebelumnya, pemerintah China mengumumkan prioritas mereka terhadap kebijakan ekonomi untuk paruh kedua tahun ini, mereka berjanji untuk mengatasi ketegangan yang sedang berlangsung atas perdagangan secara efektif sambil menawarkan tambahan kebijakan stimulus.

Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Politbiro pada Selasa (30/7/2019) malam tidak menjelaskan tentang kebijakan perdagangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper