Bisnis.com, JAKARTA – Kota Jakarta selama seminggu terakhir menempati posisi teratas sebagai kota terpolusi di dunia berdasarkan situs Air Visual. Bahkan pagi ini masih terburuk.
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Tri Handoko Seto mengatakan untuk membicarakan polusi udara tidak lepas dari sumber penyebab, kapasitas atmosfer tampung polutan dan faktor pembersihnya.
Jakarta sendiri kualitas udaranya sangat buruk. Untuk mengurangi ini, perlu diselesaikan sumber utamanya, yaitu batasi penggunaan kendaraan yang menggunakan bahan bakar fosil. Masyarakat tidak boleh memakai kendaraan pribadi dan harus menggalakkan angkutan umum.
“Kalau ini berhasil dilakukan, maka 50 persen polusi akan berkurang,” katanya di Gedung Kemenko PMK, Jakarta, Selasa (30/7/2019).
Seto menjelaskan bahwa faktor pendukung yang bisa mengurangi polusi adalah dengan memanfaatkan kemampuan atmosfer. Setiap tahun kemampuan ini bervariasi berdasarkan kondusi cuaca.
Apabila sedang musim hujan, kemampuannya akan tinggi sehingga membuat partikel udara kotor yang mengendap di permukaan naik lalu menjadi awan. Akan tetapi musim kemarau menjadi sebaliknya.
Ketika ada awan, BPPT bisa menggunakan teknologi modifikasi cuaca untuk menjadikannya hujan. Jika tidak ada, yang bisa membantu adalah tumbuhan.
Oleh karena itu, Seto menuturkan bahwa penting untuk menghijaukan Jakarta. Tumbuhan tinggi yang dapat menyerap karbondioksida berfungsi membersihkan udara kotor.
“Di puncak-puncak gedung seharusnya ada. Kemudian kalau gedung punya sirkulasi yang baik seperti pancuran, maka dia juga jadi pembersih. Karena air bersirkulasi akan menyentuh udara yang menyerap polutan,” jelasnya.