Nama yang Sempat Dicurigai
Pada 10 Mei 2017, Polda Metro Jaya mengamankan seorang pria bernama Ahmad Lestaluhu yang sempat dicurigai sebagai pelaku penyiraman. Akan tetapi keesokan harinya pria itu dibebaskan karena polisi mengedepankan asas praduga tidak bersalah. Lestaluhu adalah petugas keamanan salah satu spa di wilayah Jakarta.
Pada 18 Mei 2017, Polda Metro Jaya juga mengamankan seorang pria bernama Miko yang diduga terlibat penyerangan terhadap Novel karena ia pernah membuat video di "Youtube" yang menyampaikan bahwa ia merasa ditekan Novel Baswedan saat menjalani pemeriksaan kasus suap kepada Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar.
Namun, pada 19 Mei 2017, Miko dibebaskan karena penyidik memastikan Miko berada di luar Jakarta saat penyerangan terjadi. Hingga saat ini belum ada kemajuan berarti atas pengusutan perkara ini.
Hari Ke-65 pascakejadian, Novel pun bersuara mengenai pelaku penyerangannya dalam wawancara dengan media asing "Time" di Singapura. Novel mengungkapkan ada seorang jenderal polisi terlibat dalam insiden itu karena setelah dua bulan dan kasus itu belum juga selesai.
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian pada 19 Juni 2017 bahkan pernah menemui pimpinan KPK di gedung KPK untuk membahas pengungkapan kasus Novel. Tapi hasil pertemuan itu hanyalah tawaran bagi KPK "menempel" dalam tim untuk mengusut pelaku penyiraman.
"Bahkan dalam pertemuan tersebut juga ditawarkan, 'silakan kalau mau bergabung temen-teman dari KPK'. Tapi kami juga penyelidik dan penyidik kasus korupsi, bukan pidana umum. Tawaran itu sangat baik, tapi kami evaluasi dulu bantuan apa yang bisa diberikan KPK ke Polri," kata Ketua KPK Agus Rahardjo pada 19 Juni 2017.
Tujuan pembentukan tim agar informasi Polri dan KPK dapat lebih terbuka.
"Seandainya kita lebih terbuka dengan cara tim dari KPK bisa nempel, misalnya mengecek alibi orang-orang yang diduga dicurigai ada di dekat rumah Novel, cek alibinya. Istilahnya bahasa Jawa, 'dikew' bersama-sama tim KPK," tambah Tito.
Dalam pertemuan itu, Tito juga mengatakan tim dari Polda Metro Jaya sudah memeriksa 56 saksi.
Ia mengaku pihaknya sudah berusaha semaksimal mungkin menangani kasus itu, namun terungkapnya kasus tersebut juga bergantung kepada Tuhan.
"Pengalaman saya juga pribadi yang cukup banyak menangani kasus-kasus yang menonjol, usaha kita manusia 25 persen tapi tetap 75 persen itu Yang Maha Kuasa, mudah-mudah-mudahan Yang Maha Kuasa memberi jalan supaya kasus ini juga cepat terungkap. bagi kami punya utang kepolisian kasus ini," jelas Tito.
Pada 31 Juli 2017, Tito pun menemui Presiden Joko Widodo untuk menunjukkan sketsa terbaru pelaku penyerangan terhadap Novel Baswedan. Ia menunjukkan sketsa pria dengan ciri-ciri tingginya sekitar 167-170 cm, berkulit agak hitam, rambut keriting, dan badan cukup ramping.
"Nah kalau kita lihat ini agak berbeda dengan empat orang yang sudah diperiksa sebelumnya. Ada tiga orang yang diperiksa sebelumnya yang tadinya dua bulan sebelum peristiwa ada di sekitar rumah saudara Novel, yaitu dua orang, yaitu H dan M, tapi ciri-cirinya sangat jauh dengan yang ada di peristiwa karena ini tinggi badannya tidak ada yang di atas 160 cm, bahkan yang terakhir yang kita amankan namanya Lestaluhu berdasarkan keterangan saudara Novel," kata Tito di Kantor Presiden Jakarta, 31 Juli 2017.
Menurut dia, ada lima saksi yang disampaikan Novel dan pihak kepolisian juga sudah menemukan lima orang dan dihadirkan di Polsek Kelapa Gading, yaitu Hasan, Ahmad Lestaluhu, Mukhlis, dan satu anggota Polri dari Polda Metro Jaya.
"Dari empat orang ini semua saksi mengatakan negatif, mereka bukan pelakunya dan kita sudah mendalami empat orang ini alibinya tidak ada di TKP. Sejumlah CCTV sekitar 50 CCTV dalam radius satu kilometer juga sudah kita dapatkan. Berikut ada beberapa sekitar 100 lebih toko kimia yg sudah kita datangi yang menjual H2SO4, ini juga masih dalam pengembangan kita," katanya.