Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS: Iran Jangan Main Api

Iran mengumumkan telah meningkatkan pengayaan uranium berkadar rendah sampai melebihi batas kesepakatan nuklirnya dengan negara industri maju paa tahun 2015 sehingga memantik kemarahan Presiden AS Donald Trump yang menyebut negara itu “bermain api."
Bendera Iran/Reuters
Bendera Iran/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA--Iran mengumumkan telah meningkatkan pengayaan uranium berkadar rendah sampai melebihi batas kesepakatan nuklirnya dengan negara industri maju paa tahun 2015 sehingga memantik kemarahan Presiden AS Donald Trump yang menyebut negara itu “bermain api."

Pengumuman Tehran menandai langkah besar pertama di luar perjanjian sejak Amerika Serikat menarik diri dari kesepakatan nuklir pada tahun lalu. Namun, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan langkah itu bukan pelanggaran perjanjian, dengan alasan bahwa Iran menggunakan haknya untuk menanggapi sanksi ekonomi dari AS.

Langkah tersebut, bagaimanapun juga akan berdampak luas terhadap diplomasi pada saat negara-negara Eropa berusaha agar Amerika Serikat dan Iran tidak terlibat konfrontasi. Kejadian itu terjadi kurang dari dua minggu setelah Trump mengatakan dia memerintahkan serangan udara ke Iran, namu membatalkan serangan beberapa menit sebelum terjadi.

Kantor berita Iran melaporkan bahwa tumpukan uranium yang diperkaya di negara itu kini telah melewati batas 300 kg (661 lb) yang diizinkan berdasarkan kesepakatan.
Ketika ditnya tanggapannya, Trump mengatakan:

"Tidak ada pesan ke Iran. Mereka tahu apa yang mereka lakukan. Mereka tahu apa yang mereka mainkan, dan saya pikir mereka bermain dengan api. Jadi, tidak ada pesan ke Iran sama sekali."

Gedung Putih sebelumnya mengatakan akan terus menerapkan "tekanan maksimum" pada Iran "sampai para pemimpinnya mengubah tindakan mereka. Trump mengatakan Iran harus memiliki standar yang melarang semua pengayaan uranium.

Akan tetapi, tidak ada standar internasional yang melarang Iran memperkaya uranium, kata Daryl Kimball, direktur eksekutif Asosiasi Pengawas Senjata AS seperti dikutip Reuters, Selasa (2/7). 
“Bukan itu masalahnya. Itu posisi Amerika,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper