Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah China dikatakan siap melanjutkan perundingan perdagangannya dengan Amerika Serikat (AS).
Kepada Fox News Channel, Duta Besar China untuk AS Cui Tiankai mengatakan pemerintah China masih terbuka untuk mengadakan negosiasi perdagangan.
“China tetap siap untuk melanjutkan perundingan dengan kolega-kolega kami di Amerika demi mencapai konklusi. Pintu kami masih terbuka,” ujar Cui pada Selasa (21/5/2019).
Sejak negosiasi perdagangan terakhir pada 10 Mei berakhir buntu, belum ada jadwal perundingan lebih lanjut ditetapkan antara tim perunding dari China dan AS.
Pada hari itu pula Presiden AS Donald Trump mulai memberlakukan kenaikan tarif menjadi 25 persen pada barang-barang senilai US$200 miliar asal China dan mengambil langkah untuk mengenakan tarif pada semua sisa impor China.
Konflik perdagangan antara kedua negara yang telah meningkat kemudian semakin panas setelah pemerintah AS memasukkan perusahaan telekomunikasi China Huawei Technologies Co Ltd ke dalam daftar hitam.
Langkah itu dapat menjadi pukulan menghancurkan bagi perusahaan tersebut sekaligus meresahkan rantai pasokan teknologi dan investor.
Yang terkini, pemerintahan Trump dikabarkan tengah mempertimbangkan pembatasan atas pembelian teknologi AS bagi perusahaan video pengawas Hikvision Digital Technology Co. Ltd. Saham perusahaan ini dibuka turun sekitar 10 persen pada pembukaan perdagangan Rabu (22/5/2019).
Negosiasi antara AS dan China telah memburuk secara dramatis sejak awal Mei, ketika para pejabat China mengupayakan perubahan besar pada draft kesepakatan. Padahal, pemerintah AS mengaku telah menyepakati sebagian besar isinya.
Namun, menurut Cui Tiankai, justru pihak perunding AS yang tiba-tiba mundur dari beberapa kesepakatan sebelumnya yang telah disetujui secara tentatif selama setahun terakhir.
“Jelas bahwa pihak AS yang lebih dari satu kali berubah pikiran dalam semalam dan melanggar kesepakatan tentatif yang telah dicapai,” ungkap Cui.
“Jadi kami masih berkomitmen terhadap apapun yang kami setujui untuk dilakukan, tetapi pihak AS lah yang seringkali berubah pikiran,” tambahnya.
Terkait dengan Huawei, Diplomat berusia 66 tahun itu mengatakan pembatasan AS terhadap penyedia perangkat telekomunikasi itu dilakukan "tanpa dasar dan bukti" serta dapat merusak fungsi normal pasar.
“Semua orang tahu Huawei adalah perusahaan swasta. Itu hanya perusahaan swasta China pada umumnya. Jadi, semua tindakan yang diambil terhadap Huawei bermotif politik,” tutur Cui dengan yakin.