Bisnis.com, JAKARTA - Departemen Luar Negeri AS pada mengatakan kepada warga Amerika untuk mempertimbangkan kembali melakukan perjalanan ke Sri Lanka karena ancaman terorisme. Pengumuman ini dikeluarkan setelah lebih dari 250 orang tewas dalam pemboman bunuh diri.
Dalam sebuah pernyataan, departemen itu juga mengatakan telah memerintahkan pemberangkatan semua anggota keluarga usia sekolah yang berasal dari pegawai pemerintah AS.
"Kelompok-kelompok teroris terus merencanakan kemungkinan serangan di Sri Lanka," katanya seperti dilansir Reuters, Sabtu (27/4/2019).
Pemerintah Sri Lanka merevisi jumlah korban meninggal akibat serangan bom beruntun yang terjadi pada perayaan Paskah pekan lalu.
Sulitnya proses identifikasi terhadap bagian-bagian tubuh di lokasi kejadian menjadi alasan tak akuratnya jumlah korban. Laporan resmi terbaru menyebutkan korban meninggal berjumlah 253 orang, turun dari 359 yang sebelumnya sempat diumumkan.
Sejauh ini Pemerintah Sri Lanka telah merilis nama dan foto empat lelaki dan tiga perempuan yang diburu karena diduga terkait dengan serangan tersebut.
Baca Juga
Mayoritas korban adalah warga Sri Lanka, namun pihak berwenang menyebutkan terdapat setidaknya 38 warga asing yang menjadi korban.
Kebanyakan warga asing ini adalah turis yang berada di hotel-hotel sasaran serangan bom. Mereka berasal dari Amerika Serikat, Inggris, Australia, Turki, China, Denmark, Belanda, dan Portugal.
ISIS sebelumnya mengklaim bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas serangan yang melukai lebih dari 500 orang tersebut.
Dalam sebuah video yang dirilis lewat saluran berita propaganda Amaq, terlihat delapan orang dengan wajah tertutup yang mengikrarkan kesetiaan terhadap pemimpin ISIS, Abu Bakar Al-Baghdadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel