Bisnis.com, JAKARTA — Para aktivis pro demokrasi yang telah berhasil menggulingkan Presiden Sudan Omar al-Bashir kini memprotes pengambilalihan kepemimpinan oleh militer dan menuntut pemerintah yang dipimpin warga sipil.
Tuntutan dari Asosiasi Profesional Sudan (SPA) tersebut disampaikan ketika puluhan ribu pengunjuk rasa menolak jam malam yang diumumkan oleh Jenderal Awad Ibn Auf. Dia dilantik sebagai kepala dewan militer menggantikan Bashir.
Dalam tuntutannya, SPA meminta para pemrotes untuk "berkumpul" dan melanjutkan aksi duduk selama berhari-hari di luar markas tentara di ibu kota, Khartoum.
"Tetap di tempat dan jaga revolusimu. Mematuhi jam malam berarti mengakui pemerintah,” menurut pesan tersebut sebagimana dilansir Aljazeera.com, Jumat (12/4/2019).
Di luar kompleks militer yang cukup luas, para pemrotes memukul genderang, bernyanyi, dan meneriakkan slogan-slogan seperti, "Damai! Keadilan! Kebebasan!"
"Apa yang terjadi di Sudan adalah bahwa sistem lama sedang dibangun kembali dengan pakaian baru," kata aktivis Mohammed Hisham.
Dia mengaku dalam usianya yang sudah 30 tahun selalu menderita karena karena kurangnya kebebasan dan ancaman datang terus menerus.
Sejak Desember tahun lalu, Sudan dilanda aksi demonstrasi yang terus menerus, dipicu oleh kenaikan harga pangan yang meningkat dengan cepat. Puncaknya, massa menuntut Bashir mundur seteah berkuasa sejak 1989 melalui sebuah kudeta.
Belasan orang telah tewas dalam kekerasan terkait protes sejak demonstrasi dimulai.