Kabar24.com, JAKARTA - Tooba Gondal, warga negara Inggris yang dikenal sebagai mak comblang di kelompok radikal Islamic State atau ISIS, memohon kepada pemerintah Inggris agar diberikan kesempatan kedua untuk pulang ke negara itu bersama dua anaknya.
Gondal yang berkeras dia adalah korban berasal dari ibu kota London, Inggris. Dia sekarang tinggal di sebuah kamp pengungsi di wilayah utara Suriah bernama Ayn Issa.
Di Suriah, Gondal menggunakan nama samaran Muthanna. Dia diduga bertugas membujuk perempuan-perempuan muda melalui internet untuk di peristri militan-militan ISIS. Shamima Begum, 19 tahun, dikabarkan salah satu orang yang direkrut Gondal.
Gondal adalah mantan mahasiswa Universitas Goldsmith dan putri seorang pengusaha sukses. Dia bergabung dengan ISIS ketika usianya menginjak 22 tahun. Pusat informasi Rojava mengatakan Gondal pernah mencoba melarikan diri dari desa Baghouz, Suriah, bersama dua anaknya pada dua bulan lalu, tetapi gagal.
Dalam wawancara dengan pusat informasi Rojava, Gondal mengutarakan keinginannya betapa dia ingin pulang ke Inggris dan menjalani sebuah kehidupan yang normal. Dia pun meyakinkan dia bukan sebuah ancaman bagi Inggris.
"Masyarakat Inggris ketakutan. Mereka tidak ingin berurusan dengan kami, tetapi mereka harus. Kami tidak bisa tinggal di kamp pengungsian ini seumur hidup. Mereka harus mengurusi kami. Kami ini bukan ancaman bagi masyarakat. Kami hanya ingin kembali menjalani hidup yang normal," kata Gondal.
Dia mengklaim sebagai korban dan tidak akan menciderai siapapun di Inggris, bahkan selama empat tahun tinggal di Suriah dia tidak menyakiti siapa pun.
Gondal menikah dengan Abu Abbas al-Lubnani, salah satu pentolan perekrut anggota ISIS. Setelah Abu Abbas al-Lubnani meninggal, Gondal menikahi militan ISIS asal Pakistan yang kemudian terbunuh di desa Khsham, Suriah. Setelah suami keduanya meninggal, Gondal dan dua anaknya hidup berpindah dari desa yang satu ke desa yang lain.
Upaya Gondal untuk bisa pulang ke Inggris tampak akan menjadi sebuah perjuangan panjang. Pasalnya saat menjadi bagian dari ISIS, dia tercatat pernah menyebut Inggris sebagai sebuah kota yang sangat kotor. Dia pun mendeklarasikan dukungannya terhadap serangan teroris di ibu kota Paris, Prancis pada 2015 lalu dengan mengatakan seandainya bisa menjadi saksi mata pembunuhan tersebut.