Bisnis.com, KUPANG - Gubernur Nusa Tenggara (NTT) Timur Victor Bungtilu Laiskodat mengatakan bahwa selama ini ada adagium yang berlaku bahwa untuk menjadi negara besar dan kuat mempersyaratkan sosok kepemimpinan yang memiliki visi dan misi yang sama kuat.
Namun, tuturnya, Indonesia tidak memerlukan predikat bangsa yang besar dan kuat, yang diperlukan adalah bangsa yang bisa bergerak cepat. Dengan demikian, visi dan misi pemimpinnya harus sejalan dengan cita-cita itu.
"Saat ini, tidak ada predikat bangsa yang kuat atau bangsa besar, tapi siapa yang lebih cepat. Negara yang cepat akan menguasai negara yang lambat," katanya, dalam acara groundbreaking proyek Pembangunan Terminal LPG Tenau Kupang, NTT, Senin (1/4/2019).
Di matanya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi adalah sosok pemimpin yang mampu mengerahkan seluruh tenaga dan sumber daya secara tepat dan cepat dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Dia mencontohkan bahwa infrastruktur berjalan demikian cepat dan massif mulai dari wilayah perkotaan sampai ke desa-desa.
"Pak Jokowi adalah orang biasa yang bertindak luar biasa. Biasanya kalau ada orang yang bekerja luar biasa itu dipilih oleh Tuhan, sehingga tidak ada yang bisa mengalahkannya kalau sudah diipilih Tuhan. Ini bukan kampanye ya?" ucapnya.
Tantang Pertamina
Oleh karena itu, Laiskodat juga menantang PT Pertamina (Persero) untuk bisa bergerak cepat menuntaskan pembangunan Terminal LNG Tenau Kupang.
"Proyek ini mau diselesaikan berapa lama? Delapan belas bulan? Saya minta 15 bulan. Jadi nanti antara Juli atau Agustus proyek ini sudah tuntas dibangun sehingga bisa menjadi hadiah bagi HUT kemerdekan Indonesia," katanya.
Sebagai pelaksana proyek, Direktur Utama PT Barata (Persero) Oksarlidady Arifin optimistis proyek Pertamina Terminal LPG Tenau Kupang bisa dikebut dalam waktu 16--18 bulan. Dia juga berharap sinergi BUMN antara Pertamina dan Barata ini mampu memberikan manfaat dan nilai tambah sehingga program konversi energi ke LPG di Kupang bisa berjalan sesuai harapan.
Proyek Terminal LPG Tenau Kupang merupakan proyek penugasan pemerintah - ex. APBN untuk mendukung program konversi BBM di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Adapun, cakupan lingkup proyek terdiri atas pembangunan 2 unit tangki LPG pressurized kapasitas 500 ton yang dilengkapi dengan sarana dan fasilitas penunjang. Selain itu, terdapat pembangunan jetty baru berkapasitas 1.000--6.000 DWT. Sementara itu, belanja modal untuk proyek tangki ini Pertamina ini mencapai Rp272 miliar--Rp300 miliar, dengan target penuntasan pada Juli atau Agustus 2020.
Pada hari ini, PT Pertamina telah memulai proses pembangunan 4 unit terminal LPG untuk wilayah timur Indonesia, yaitu Kupang (NTT), Bima (NTB), Ambon (Maluku) dan Jayapura (Papua).
Direktur Logistik Supply Chain dan Infrastruktur (LSCI) Pertamina Gandhi Sriwidodo mengatakan bahwa dalam upaya meningkatkan ketahanan energi nasional, sekaligus mendukung program konversi BBM ke LPG yang dicanangkan pemerintah, Pertamina terus membangun infrastruktur energi khususnya di wilayah Timur Indonesia. Untuk pembangunan keempat Terminal LPG tersebut Pertamina mengalokasikan anggaran lebih dari Rp1,2 triliun.
Pembangunan terminal LPG ini juga akan memberikan dampak positif, antara lain penyediaan lapangan kerja baru, baik pada saat tahap konstruksi yang dijadwalkan selama 18 bulan dan setelah beroperasi kelak. Selain itu, ini juga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) untuk pembangunan, serta memunculkan dampak ikutan berupa usaha-usaha jasa penunjang seperti katering atau kuliner, laundry, dan lain-lain.