Bisnis.com, JAKARTA - Levi Strauss & Co. mencatatkan penggalangan dana sebesar US$623 juta pada penawaran saham perdana (intial public offering/IPO) pada Rabu (20/3/2019), harga jual saham melampaui target yang ditetapkan perusahaan.
145 tahun setelah Levi Strauss memproduksi celana jeans pertama mereka, perusahaan ritel ikonik ini membuktikan bahwa investor siap membeli saham perusahaan yang ingin dikenal lebih dari sekadar produsen denim.
Saham perusahaan mulai diperdagangkan pada Kamis (21/3/2019), di New York Stock Exchange dengan ticker "LEVI."
"Indikasi awal menunjukkan penjualan saham berjalan dengan baik. Investor disarankan untuk menempatkan pesanan mereka di atas kisaran harga yang dipasarkan agar tidak kehabisan slot," ujar seorang sumber yang tidak disebutkan namanya, seperti dikutip melalui Bloomberg, Kamis.
Berdasarkan sebuah pernyataan, Levi Strauss berhasil menjual hampir 36,7 juta saham dengan harga US$17 per lembar, saham perusahaan dipasarkan dengan harga pada kisaran US$14 - US$16.
Dana yang berhasil mereka galang menjadikan Levi Strauss sebagai listing terbesar di bursa Amerika Serikat sepanjang tahun ini, setidaknya hingga raksasa layanan transportasi, Lyft Inc., melaksanakan IPO pada pekan depan.
Berkat IPO ini, nilai Levi Strauss di pasar mencapai US$6,55 miliar, berdasarkan jumlah saham yang beredar setelah IPO.
Kembalinya Levi Strauss ke pasar publik, setelah dijadikan perusahaan privat oleh keturunan Strauss, keluarga Haas pada 1985, terjadi setelah penjualan perusahaan meningkat 14% pada tahun lalu menjadi US$5,6 miliar.
Realisasi ini merupakan pertumbuhan terbaik selama lebih dari seperempat abad.
Perusahaan mendapat manfaat dari rebound di pasar jeans global dan dorongan selama bertahun-tahun untuk mendiversifikasi penawaran.
Menjadi lebih dari sekadar merek jeans sangat penting bagi bisnis jangka panjang perusahaan untuk menghadapi tantangan tren mode yang terus berubah.
Pada 1990-an, kebangkitan celana khaki dan celana bahan memperlambat pertumbuhan penjualan celana jeans, sementara itu beberapa tahun terakhir konsumer telah bergeser ke penampilan yang lebih nyaman dan kasual, atau sering disebut dengan athleisure.
Tren mode telah merubah perlengkapan yoga dan celana joging menjadi pakaian sehari-hari.
POTENSI PASAR CHINA
Levi Strauss juga telah mempresentasikan ide peluang pasar di China kepada para calon investor. Perusahan ini menghasilkan 17% dari pendapatannya di pasar Asia dan hanya 3% yang berasal dari pasar China.
CEO Levi Strauss Chip Bergh, yang mulai bergabung pada 2011 setelah berkarir selama tiga dekade di Procter & Gamble Co., melihat adanya potensi pasar senilai US$10 miliar.
Namun, ekspansi yang lebih luas dari China tentunya diikuti dengan berbagai risiko apalagi ekonomi global termasuk negeri panda itu tengah melambat.
Banyak mereka dagang yang bercita-cita untuk menjadi produsen mode head-to-toe, tapi gagal. Bahkan dengan percepatan pertumbuhan selama dua tahun terakhir, keuntungan penjualan tahunan rata-rata Levi's kurang dari 3% sejak Bergh bergabung.
"Posisi bisnis mereka telah benar-benar meningkat," kata Michael Zuccaro, seorang analis untuk Moody's Investors Service yang meliput obligasi perusahaan yang diperdagangkan secara publik.
"Meskipun demikian, mereka masih berkonsentrasi pada produk celana dan jeans pria, hal masih menjadi perhatian," tambahnya.
Goldman Sachs Group Inc. dan JPMorgan Chase & Co. diketahui memimpin penjualan Levi's.
IPO Levi dilakukan untuk membuka jalan dari gelombang listing perusahaan high-profile selama beberapa bulan ke depan yang dapat menjadikan 2019 sebagai tahun yang tepat untuk menjadi perusahaan publik.
Pada perkembangan terbaru, Lyft akan menetapkan harga saham mereka, yang sudah lebih dulu oversubscribed, pada 28 Maret, dengan saingan terbesarnya, Uber Technologies Inc. menyusul sebelum semester pertama berakhir.
Pembuat peranti lunak platform obrolan Slack Technologies Inc. dan aplikasi pengiriman makanan Postmates Inc. juga tengah mempertimbangkan rencana IPO.