Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Melemah, China Pangkas Target PDB dan Pajak

Pemerintah China menetapkan target pertumbuhan ekonomi 2019 menjadi 6%-6,5% dari sebelumnya 6,5%.
Yuan./Bloomberg
Yuan./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA -- Pelemahan ekonomi China memaksa Beijing menurunkan target pertumbuhan ekonomi dan pemotongan pajak besar-besaran sebagai upaya untuk menahan agar ekonomi tidak turun drastis serta menjaga stabilitas dari dampak perang dagang dengan Amerika Serikat.
 
Perdana Menteri (PM) China Li Keqiang menyampaikan laporan kerja tahunan dengan penetapan target pertumbuhan ekonomi 2019 di kisaran 6%-6,5%, atau lebih rendah dari target yang disampaikan tahun lalu yakni sekitar 6,5%.
 
"Pemerintah China juga telah menetapkan target inflasi harga konsumen (CPI) 2019 sekitar 3% dan target defisit anggaran sekitar 2,8% dari total Produk Domestik Bruto (PDB)," ujarnya pada pembukaan pertemuan tahunan Parlemen China, seperti dilansir Reuters, Selasa (5/3/2019).
 
Tahun lalu, China menetapkan target defisit anggaran sebesar 2,6% dan target CPI sebesar 3%.
 
Batas bawah target PDB kali ini akan menjadi laju pertumbuhan ekonomi China yang paling lambat dalam hampir tiga dekade, akibat  perlambatan yang berlangsung cukup lama di tengah prioritas pemerintah pada penanggulangan risiko utang, peremajaan lingkungan, dan mengurangi kemiskinan.
 
Peringatan terhadap tantangan ekonomi yang lebih sulit beberapa bulan ke depan juga membuat Pemerintah China memutuskan untuk mengalokasikan pemotongan pajak senilai 2 triliun yuan atau US$298 miliar tahun ini.
 
Kepala Ekonom Asia-Pasifik di Natixis SA, Hong Kong Alicia Garcia Herrero mengatakan bahwa target ini ditetapkan pemerintah untuk mengakomodasi perlambatan struktural sehingga diperlukan lebih banyak stimulus untuk merangsang ekonomi.
 
"Ini kabar baik bagi pasar dalam jangka pendek, tapi menjadi berita buruk bagi China dalam jangka menengah karena akan ada lebih banyak leverage yang menumpuk," paparnya, seperti dilansir Bloomberg.
 
Menyusul pengumuman dari Pemerintah China, saham Negeri Panda langsung berfluktuasi pada perdagangan awal Selasa (5/3).
 
Padahal, saham China sempat naik ke level tertinggi pada Senin (4/3), berkat optimisme dari tanda kemajuan perundingan dagang yang mendorong minat investor. Shanghai Composite Index tercatat menembus level 3.000 dan menambah nilai sekitar US$1,5 triliun sejak level terendah pada 3 Januari 2019.
 
Di sisi lain, ekonom yang disurvei oleh Bloomberg melihat pertumbuhan output manufaktur melambat menjadi 6,2% pada tahun ini dari 6,6% pada 2018, sebelum menurun lebih lanjut pada 2020 dan 2021.
 
Laporan kerja pemerintahan tersebut berkomitmen untuk menjaga rasio leverage pada kondisi stabil sepanjang tahun ini.
 
Para pembuat kebijakan juga berusaha untuk membangkitkan kembali pinjaman ke sektor swasta sembil menghindari percepatan kenaikan utang, di mana total nilai utang China hampir mendekati 300% PDB.
 
Laporan tersebut juga menegaskan kembali bahwa kebijakan moneter akan tetap mengandung sifat kehati-hatian, sedangkan kebijakan fiskal akan lebih proaktif, kuat, dan lebih efektif. 
 
Menurut laporan ini pula, pemotongan lebih lanjut terhadap rasio cadangan yang diperlukan untuk bank ditetapkan lebih kecil dari yang direncanakan.
 
AS dan China dikabarkan semakin dekat dengan kesepakatan perdagangan yang dapat menghapus sebagian besar atau semua tarif AS selama Beijing menindaklanjuti komitmennya, mulai dari perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual hingga membeli produk AS. 
 
Meski demikian, risiko utang dan tanda-tanda melemahnya konsumsi di dalam negeri tetap ada.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper