Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Indonesia meminta India dan Pakistan menahan diri dan mengambil solusi untuk mencegah eskalasi konflik di kawasan Kashmir.
"Indonesia mendorong semua pihak terkait untuk menahan diri semaksimal mungkin, segera mengambil langkah guna mengurangi ketegangan dan mencegah terjadinya eskalasi dari konflik di Jammu-Kashmir," demikian bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Kamis (27/2/2019).
Indonesia menyatakan turut mengikuti perkembangan situasi di Kashmir dan menyatakan keprihatinan terhadap perkembangan hubungan hubungan India dan Pakistan. Kedua negara itu diharapkan dapat mencapai jalan keluar demi menjaga perdamaian kawasan.
"Sebagai dua negara penting di Asia Selatan, Indonesia mengharapkan kiranya kedua negara dapat terus menjadi bagian dari upaya terwujudnya kawasan Indo-Pasifik yang damai, stabil, dan sejahtera," lanjut Kemlu RI.
Hubungan India dan Pakistan memanas sejak serangan bunuh diri terjadi di kawasan kekuasaan India di Jammu, Kashmir. Serangan tersebut menargetkan konvoi personel militer India dan menewaskan setidaknya 40 anggota.
Pada Selasa (25/2/2019), India mengerahkan serangan udara ke kawasan Pakistan dan menyerang sebuah kamp yang disebut sebagai markas kelompok Jaish-e-Mohammad (JeM), pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan di Jammu. Serangan itu merupakan serangan udara pertama India yang diarahkan ke wilayah Pakistan sejak perang bergejolak di antara keduanya pada 1971.
Operasi tersebut kemudian dibalas Pakistan dengan melancarkan serangan udara ke wilayah Kashmir yang dikuasai India. Dua pesawat tempur milik India ditembak jatuh oleh Pakistan dalam operasi itu, salah satunya jatuh di wilayah Pakistan dan seorang pilot atas nama Abhi Nandan ditahan oleh Islamabad.
Penahanan pilot itu dikonfirmasi India, mereka pun mendesak Pakistan supaya tak menyiksa Abhi dan segera mengembalikannya.
Menanggapi situasi kedua negara yang memanas, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan telah mengajak India untuk berdialog guna menurunkan ketegangan.
"Sejarah telah mengajarkan kita bahwa perang merupakan suatu hal yang penuh miskalkulasi. Melihat kondisi persenjataan yang kita miliki saat ini, kita bisa saja mengulangi miskalkulasi itu. Kita harus duduk bersama dan berdialog," kata Khan dalam pernyataan resmi yang disiarkan di televisi sebagaimana dikutip Reuters, Kamis (28/2/2019).