Bisnis.com, JAKARTA - Langkah tim sukses kedua kubu pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam Pilpres 2019 untuk merebut potensi suara undecided voters dipastikan bakal tak mudah. Pasalnya, terdapat sejumlah karakteristik pemilih golongan ini yang justru menjadi batu sandungan.
Survei terbaru Populi Center mengungkap bahwa jumlah pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voters) mencapai 15,35%. Jika dibandingkan dengan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang berjumlah 192 juta, persentase tersebut tentu bukan jumlah yang sedikit.
Berbeda dengan kelompok golongan putih (golput) yang secara tegas menyatakan tak akan menggunakan hak pilih, undecided voters adalah orang-orang yang belum menentukan pilihan. Mereka biasanya menentukan pilihan pada detik-detik akhir pemungutan suara. Pilihan itu pun tak melulu mengarah ke salah satu kandidat, mereka bisa saja memilih golput.
Peneliti Populi Center, Afrimadona, mengungkapkan banyak faktor yang menyebabkan kelompok ini tak kunjung menetapkan pilihan, salah satunya adalah minimnya informasi yang diperoleh pemilih berkaitan dengan calon yang berlaga.
"Banyak teori yang mengemukakan bahwa undecided voters adalah pemilih yang minim terpapar informasi, mereka juga tak terlalu peduli dengan kondisi politik," ungkap Afrimadona dalam acara diskusi bertema 'Arah Suara Undecided Voters' di Jakarta, Kamis (28/2/2019).
Selain alasan di atas, Afri mengungkapkan bahwa undecided voters juga memiliki kecenderungan untuk menutup diri. Mereka tidak secara terang-terangan mengemukakan pilihan sehingga saat ditanya akan memilih siapa, mereka lebih memilih merahasikannya.
Baca Juga
Terlepas dari karakteristik undecided voters yang sulit diprediksi dan apatis, Afri mengungkapkan kelompok ini sejatinya bisa dibujuk dengan tawaran program kerja yang menarik dari masing-masing calon.
"Kemampuan kandidat untuk menawarkan sebuah program yang luar biasa dan argumentatif kemungkinan besar bisa membujuk undecided voters," tambahnya.
Oleh karena itu Afri menyarankan tim sukses memanfaatkan momen debat dan kampanye sebagai sarana untuk mengemukakan program yang menyasar undecided voters.
Senada dengan Afri, Dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia Panji Anugrah Permana mengungkapkan terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan tim sukses untuk memperoleh suara dari kelompok ini.
Panji berpendapat tim sukses harus membuat kajian yang memetakan persebaran undecided voters sehingga strategi yang tepat bisa dicapai. Jika tim sukses bisa menentukan persebaran ini, mereka bisa menggunakan dua pendekatan, yakni pendekatan teritorial dan kelembagaan.
Tim sukses harus tahu daerah mana saja tempat undecided voters berada untuk memastikan di wilayah itu mereka memperoleh dukungan. Pendekatan kelembagaan juga perlu, contohnya secara informal dengan struktur patronase.
"Yang justru efektif adalah dengan struktur patronase. Maka bukan hal yang mengherankan kalau para kandidat sibuk dengan upaya deklarasi dukungan, mulai dari tokoh agama sampai alumni universitas. Hal ini untuk membangun pencitraan bahwa mereka didukung oleh segmen informal masyarakat," jelas Panji.
Keberadaan kelompok informal ini dinilai memiliki pengaruh besar bagi undecided voters. Dalam paparannya, Afri menjelaskan beberapa cara untuk meyakinkan pemilih yang belum menentukan pilihan adalah melalui aksi persuasif dari keluarga terdekat dan juga tokoh berpengaruh.