Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan jagung AS ke China menjadi salah satu materi pembahasan dalam negosiasi dagang lanjutan antara AS dan China yang sedang berlangsung.
Hal itu disampaikan oleh Presiden AS Donald Trump di Kantor Oval Gedung Putih. Dia pun mengklaim bahwa negosiasi lanjutan dengan Negeri Panda itu berjalan dengan sangat baik.
“Ini bukan sekadar, mari kita jual jagung dan lakukan ini. Namun lebih dari itu, penjualan jagung ini akan dalam jumlah besar, bahkan jauh lebih banyak dari yang diperkirakan orang. Pemicaraan ini juga berjalan sangat baik,” ujarnya, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (20/2/2019).
Petani Amerika telah menjadi pusat perhatian perang dagang Trump setelah Beijing pada tahun lalu mengenakan tarif kepada sejumlah produk pertanian dari AS.
Namun, China telah kembali ke pasar AS dengan melakukan pembelian produk kedelai dalam beberapa bulan terakhir di tengah ‘gencatan senjata’ sementara .
Sementara itu, petani biji-bijian masih ingin melihat bukti komitmen China untuk permintaan terhadap produk pertanian lainnya.
Adapun, negosiasi dijadwalkan akan berlanjut di Washington hingga Jumat pekan ini menjelang berakhirnya batas waktu ‘gencatan senjata’ pada 1 Maret 2019.
Meskipun kedelai telah menjadi fokus utama dalam pengenaan tarif pertanian, banyak produk lainnya yang juga tengah menghadapi bea masuk. Selain jagung, ada pula aprikot, alfalfa, ceri, pistachio, babi, dan sorgum yang ada dalam daftar sasaran.
Sementara itu, Deputi Sekretaris Departemen Pertanian AS Stephen Censky juga menyatakan bahwa diskusi yang berlangsung di antara kedua negara adidaya tersebut berjalan produktif.
Namun dia enggan mengomentari apakah China akan melakukan pembelian lebih banyak lagi dari produk pertanian AS selama masa ‘gencatan senjata’.
“Target kami dalam negosiasi ini ketika menyangkut soal pertanian adalah tidak hanya mendapatkan komitmen pembelian yang tinggi tetapi juga benar-benar mendapatkan reformasi strukturan mendasar yang diperlukan untuk jangka panjang,” ungkapnya.