Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kisah Stunting dan Unicorn di Debat Pemilu

Pengetahuan tentang suatu istilah dari bahasa asing tak serta merta menjadi dasar bagi para pemilih ketika mencoblos di Pemilu.
Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kedua kanan) dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kanan) berfoto bersama moderator debat Tommy Tjokro (kiri), dan Anisha Dasuki, usai mengikuti debat capres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019)./ANTARA FOTO-Akbar Nugroho Gumay
Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kedua kanan) dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kanan) berfoto bersama moderator debat Tommy Tjokro (kiri), dan Anisha Dasuki, usai mengikuti debat capres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019)./ANTARA FOTO-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA -- Pada 12 Mei 2018, empat orang politisi mengikuti debat Pemilihan Gubernur Sumatera Utara di Hotel Mulia, Medan, Sumatra Utara. Dua di antaranya adalah calon gubernur yaitu Edy Rahmayadi dan Djarot Syaiful Hidayat.

Dalam satu kesempatan, Djarot mendapatkan giliran bertanya kepada Edy. Mantan Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta itu mengajukan pertanyaan soal stunting, sebuah istilah yang berasal dari Bahasa Inggris.

Edy tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut. Dia terus terang mengaku tidak tahu apa makna stunting.

"Saya baru tahu [tentang] stunting," kata mantan Panglima Komando Strategis Angkatan Darat itu.

Ketidaktahuan Edy tentang stunting segera menjadi bahan tertawaan, jika bukan olok-olok, banyak orang yang diekspresikan melalui media sosial. Teks, gambar, sampai potongan video tentang peristiwa itu masih tersedia di internet hingga saat ini.

Adapun stunting adalah suatu kondisi kekurangan gizi kronis pada anak, yang sudah bermula sejak dalam kandungan hingga masa awal anak lahir dan biasanya tampak setelah anak berusia 2 tahun. Stunting ditunjukkan dengan tinggi badan seseorang yang jauh lebih pendek dibandingkan tinggi orang-orang seusianya.

Kisah Stunting dan Unicorn di Debat Pemilu

Ilustrasi anak 'stunting' atau kerdil yang antara lain disebabkan kurang gizi./Istimewa

Di Indonesia, angka stunting memang mengkhawatirkan. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menyebutkan angka kejadian stunting di Indonesia mencapai 30,8%, jauh di atas ambang yang ditetapkan WHO yang sebesar 20%.

Setelah debat itu, tidak sedikit yang meramal bahwa Edy, yang berpasangan dengan Musa Rajekshah, akan kalah dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumatra Utara.

Sembilan bulan setelah peristiwa itu, tepatnya Minggu (17/2/2019), di pulau yang berbeda, dua orang politisi menghadiri debat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Mereka adalah Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto.

Ketika mendapat giliran bertanya kepada Prabowo, Jokowi bertanya tentang unicorn, sebuah istilah yang juga berasal dari Bahasa Inggris.

Prabowo tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Mantan Komandan Jenderal Kopassus itu bertanya balik kepada Jokowi, "Maksudnya unicorn? Yang online-online itu?"

Seperti Edy, pertanyaan balik dari Prabowo membuatnya menjadi pembicaraan di masyarakat, termasuk di media sosial.

Istilah unicorn digunakan untuk menyebut perusahaan rintisan (startup) yang valuasinya sudah di atas US$1 miliar. Sebanyak 4 dari, setidaknya, 9 unicorn di Asia Tenggara tercatat berasal dari Indonesia.

Kembali ke Edy. Kurang dari dua bulan setelah debat tersebut, dia dinyatakan memenangi Pilgub Sumut dan menjadi gubernur di provinsi itu.

Djarot, yang memahami istilah stunting, kalah dengan hanya mengantongi 42% suara.

Kisah Stunting dan Unicorn di Debat Pemilu

Pengemudi Gojek, salah satu unicorn Indonesia, melintas di kawasan bisnis di Jakarta. /Reuters

Apa yang dapat dipahami dari peristiwa ketidaktahuan kandidat Pemilu terhadap suatu istilah atau konsep asing? Salah satunya adalah ketidaktahuan yang ditunjukkan oleh para kandidat di acara debat tidak serta merta menentukan hasil Pemilu.

Pengalaman Edy soal stunting dapat menjadi pelajaran bagi kedua kubu yang berkompetisi dalam Pilpres 2019: ketidaktahuan atas istilah asing bukan berarti sebuah kekalahan dan pengetahuan atas istilah asing tidak menjamin sebuah kemenangan.

Pengetahuan atau ketidaktahuan tentang suatu istilah asing barangkali tidak begitu dipedulikan oleh sebagian masyarakat dan tidak menjadi dasar ketika mencoblos. Bukan tidak mungkin pula ketidaktahuan tentang suatu istilah asing tertentu justru dianggap mewakili ketidaktahuan sebagian orang terhadap isu yang tidak diakrabi dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak semua orang mengetahui atau merasa perlu mengetahui istilah-istilah seperti stunting atau unicorn. Sebagian besar orang lebih akrab dan merasa perlu memperhatikan isu lain seperti harga bahan pokok, identitas (contohnya agama), lapangan pekerjaan, utang, kehadiran pihak asing, dan sebagainya.

Debat, apalagi satu pertanyaan debat, hanya salah satu bagian dari keseluruhan politik yang kompleks. Keputusan memilih kandidat politik tidak hanya ditentukan berdasarkan pengetahuan atau ketidaktahuan soal istilah asing, melainkan juga rekam jejak, partai pendukung, kepribadian, latar belakang, visi misi, atau bahkan penampilan, retorika, serta berita bohong.

Masih ada waktu dua bulan sebelum Pemilu digelar pada 17 April 2019. Ingatan tentang unicorn dan debat kedua ini barangkali akan tertimbun oleh ingatan lain tentang apa yang akan terjadi pada masa 18 Februari-16 April 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yodie Hardiyan
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper