Bisnis.com, JAKARTA -- Perang AS melawan Taliban di Afghanistan disebut sebagai perang tanpa akhir jelang menginjak tahun ke-18 sejak pertama kali berlangsung pada 2002.
Para pejabat AS telah mengadakan beberapa tahap pembicaraan dengan Taliban di Qatar sejak tahun lalu, sebagai upaya mencapai perdamaian. Negosiator Taliban akan kembali bertemu dengan perwakilan AS mereka di Islamabad, Pakistan, Senin (18/2/2019).
Seperti dilansir Reuters, Sabtu (16/2), militer AS tengah merencanakan penarikan sekitar separuh dari 14.000 pasukannya di Afghanistan.
Beberapa hari lalu, 44 orang tewas dalam serangan di Kashmir, serangan terburuk dalam beberapa dekade. Peristiwa itu telah menimbulkan kekhawatiran tentang apakah kekuatan yang lebih kecil akan dapat mendukung militer Afghanistan dan apakah pasukan Eropa lainnya yang bergantung pada helikopter AS dan dukungan lainnya akan ditarik.
Kepala Komando Pusat Militer AS Jenderal Joseph Votel menolak membahas pertimbangan internal apa pun dan menegaskan bahwa dia belum menerima permintaan untuk penarikan pasukan.
Plt Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan mengungkapkan belum akan menarik pasukannya pada pekan ini. Dia meyakinkan NATO bahwa AS akan menarik pasukannya secara terkoordinasi.
Ditanya tentang kekhawatiran Trump tentang perang tanpa akhir, Votel mengatakan ingin segera menyelesaikan perang ini.
“Kami juga tidak ingin berperang tanpa akhir. Kami ingin menyelesaikan misi di sini," ungkapnya.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada Kongres AS bahwa dia bermaksud mengurangi pasukan AS dari Afghanistan ketika para perunding membuat kemajuan dalam pembicaraan dengan gerilyawan Taliban. Dia menambahkan bahwa negara-negara besar tidak berperang perang tanpa akhir.
Di luar pasukan AS di Afghanistan, Pentagon mengandalkan ribuan kontraktor swasta. Sebuah laporan dari Inspektur Khusus AS untuk Rekonstruksi Afghanistan yang dirilis baru-baru ini, mencatat ada tambahan 861 warga sipil dari Departemen Pertahanan dan 10.698 kontraktor yang merupakan warga negara AS.