Bisnis.com, JAKARTA – Anggota parlemen Korea Selatan mengatakan tidak berniat untuk meminta maaf atas komentarnya terhadap Kaisar Akihito dari Jepang.
Ketua Majelis Nasional Korea Selatan Moon Hee-sang mengatakan tidak ada alasan untuk menunjukkan penyesalan karena meminta Kaisar Akihito secara pribadi untuk memohon maaf kepada para wanita yang dipaksa bekerja di rumah-rumah bordil militer selama pendudukan Jepang, ungkap kantor berita Yonhap yang dikutip Bloomberg.
Moon menanggapi Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, yang menyebut komentar tersebut sangat tidak pantas dan menuntut permintaan maaf dari pihak Korsel.
"Saya tidak tahu mengapa ini menjadi masalah besar," kata Moon kepada wartawan saat berkunjung ke Washington pada Selasa, (12/2/2019), seperti dikutip Bloomberg.
Moon mengatakan dia hanya meminta maaf kepada mantan budak seks - yang secara halus disebut "wanita penghibur" - dan menganggap jawaban Abe "tidak bisa dipahami."
"Saya benar-benar tidak mengerti mengapa mereka melakukan ini," kata Moon, menambahkan bahwa ia "telah mengatakan hal yang sama selama 10 tahun." Kantor Moon belum dapat memberikan komentar mengenai hal ini.
Komentar Moon terhadap kaisar dilontarkan di wawancara dengan Bloomberg pekan lalu, saat ditanya bagaimana kedua belah pihak dapat menyelesaikan ketidaksepakatan jangka panjang mereka atas pendudukan Jepang tahun 1910-1945 di Semenanjung Korea.
Moon mengatakan permintaan maaf dari kaisar sebelum pengunduran dirinya yang direncanakan pada bulan Mei akan sangat berarti, karena ia adalah "putra dari pelaku utama kejahatan perang."
Kedua negara, yang merupakan mitra dagang terbesar ketiga masing-masing pihak, telah berdebat mengenai sejumlah perselisihan yang berlangsung sejak periode pendudukan Jepang.
Gesekan antara kedua sekutu AS tersebut menimbulkan pertanyaan baru tentang upaya Washington untuk membangun ikatan yang lebih erat antara sekutunya untuk melawan Korea Utara dan China yang sedang bangkit.
Sebagian besar warga Korsel percaya bahwa Jepang belum cukup meminta maaf atas tindakannya selama pendudukan, sementara banyak warga Jepang berpendapat pernyataan penyesalan di masa lalu, yang mencakup permintaan maaf resmi kepada wanita penghibur, seharusnya sudah mencukupi.
"Untuk masalah wanita penghibur, hanya ada satu masalah, yang merupakan permintaan maaf yang tulus, Saya tidak tahu mengapa mereka menunda-nunda begitu lama," ungkap Moon.