Bisnis.com, JAKARTA - Sekelompok massa yang mengenakan atribut Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) melakukan aksi provokasi dan kericuhan di Masjid Jogokariyan, Yogyakarta pada Minggu sore (27/01/2019).
Dalam kejadian itu, rombongan massa yang baru saja menghadiri deklarasi mendukung calon presiden dan calon wakil presiden 2019-2024 nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin (Jokowi-Ma'ruf) di Stadion Mandala Krida, mencopoti beberapa spanduk di depan masjid dan menggeber motornya.
Pihak Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi meminta aparat kepolisian mengusut tuntas aksi provokasi dan kericuhan tersebut.
"Polisi harus mengambil tindakan tegas, meski sudah diselesaikan secara damai, harus diusut tuntas biar memberikan efek jera. Agar kejadian seperti ini tidak terulang. Perusakan masjid dan tempat ibadah agama apapun yang diakui di negeri ini, tidak boleh dibiarkan," kata Juru Bicara BPN Prabowo-Sandi, Sodiq Mujahid dalam pernyataan persnya, Senin malam (28/01/2019).
Sodiq mengatakan insiden kericuhan di masjid Jogokariyan semakin menunjukkan adanya ambivalensi di kubu incumbent Jokowi-Ma'ruf.
Di satu sisi ingin merangkul umat Islam dengan memilih Ma’ruf Amin sebagai cawapres, di lain pihak memusuhi Islam.Di satu sisi, anti politik identitas, tetapi di lapangan menegakan identitas anti beragama.
"Masjid adalah tempat ibadah umat Islam. Provokasi apalagi perusakan fasilitas masjid masuk dalam kriteria menghina tempat ibadah umat. Tindakan seperti ini jika dibiarkan bisa mengarah seperti kejadian di awal tahun 1965, saat sekelompok Pemuda Rakyat menyerang masjid dan peserta training PII, terkenal dengan Peristiwa Kanigoro".
Baca Juga
Mantan aktivis PII mengatakan publik kini sudah bisa menilai siapa saja yang memusuhi Islam dan menggunakan isu-isu keagamaan dalam rangka Pilpres.
"Publik akan melihat keadilan dan komitmen aparat keamanan dan penegak hukum dalam menyelesaikan kasus ini," ujarnya.