Bisnis.com, JAKARTA - Krisis politik Venezuela terus bergolak di tengah berkembangnya perselisihan mengenai masa depan Presiden Nicolas Maduro sebagai pemimpin negara itu. Maduro yang memulai periode kedua jabatannya pada 10 Januari lalu harus menyaksikan penolakan atas kepimpinannya bergema dari dalam dan luar negeri.
Hal ini diperburuk dengan deklarasi Juan Guaido, pemimpin Majelis Nasional dari oposisi yang menyatakan dirinya sebagai Presiden Sementara Venezuela pada Rabu (23/1/2019). Seperti dilaporkan Reuters, deklarasi itu diperkuat dengan pengakuan Amerika Serikat, yang sejak awal tak mengakui legitimasi Maduro sebagai presiden.
Pengakuan negara sekaliber Amerika Serikat terhadap rivalnya lantas tak membuat Maduro goyah. Sejumlah pemimpin negara dunia juga menyatakan dukungan mereka. Terlepas dari protes puluhan ribu warga Venezuela supaya ia mundur, Maduro pun mengunci dukungan militer yang menyatakan loyalitas padanya. Lantas siapa saja pihak yang mendukung klaim kedua rival tersebut?
Mereka yang Setia pada Maduro
Para petinggi militer Venezuela tidak memperlihatkan tanda-tanda akan meninggalkan Maduro. Dalam sebuah pernyataan yang ditayangkan di televisi sehari selepas deklarasi Guaido, militer Venezuela menegaskan kesetiaan mereka terhadap Maduro dan menyatakan usaha oposisi untuk menggantikannya adalah sebuah usaha kudeta. Dukungan militer diperkuat dengan pernyataan Menteri Pertahanan Vladimir Padrino dalam sebuah cuitan di Twitter. Ia mengatakan pasukan bersenjata Venezuela menolak mengakui siapa pun yang memproklamirkan diri sebagai presiden selain Maduro.
Mahkamah Agung yang didominasi para loyalis Maduro pun tetap solid mendukung pemimpin sosialis itu. Awal pekan ini mereka menyatakan bahwa semua keputusan yang diambil Kongres pimpinan Guaido akan batal demi hukum.
Dukungan juga mengalir dari salah satu kekuatan ekonomi Venezuela yang kini tengah terseok-seok menghadapi krisis. Perusahaan minyak negara PDVSA, yang menyumbang separuh dari nilai ekspor Venezuela mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya tidak mengakui presiden lain selain Maduro.
Kendati terdapat ribuan penduduk Venezuela yang turun ke jalan memprotes Maduro untuk turun beberapa hari terakhir, nyatanya masih ada kelompok masyarakat yang mengaku setia pada Maduro. Di antaranya adalah mereka yang disebut "Chavistas", para loyalis mendiang Hugo Chavez, presiden Venezuela sebelum Maduro.
Dari luar negeri, dukungan datang dari Rusia yang menyebut Maduro sebagai presiden sah Venezuela. Keterangan resmi Kremlin menyebutkan Presiden Vladimir Putin secara pribadi telah menghubungi Maduro dan mengatakan, "Segala bentuk intervensi ekternal adalah pelanggaran terhadap norma fundamental dan hukum internasional."
Senada dengan Rusia, China dan Turki pun menyatakan dukungan mereka terhadap kepemimpinan Maduro. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying menyatakan China menentang segala bentuk interfensi asing di Venezuela dan mendukung perlindungan terhadap kemerdekaan dan stabilitas negara itu.
"China mendukung segala upaya yang dilakukan Pemerintah Venezuela untuk melindungi kedaulatan, kemerdekaan, stabilitas," kata Hua dalam konferensi pers di Beijing.
Beberapa pemerintahan negara Amerika Selatan yang condong ke kiri, termasuk Kuba dan Bolivia, menyatakan keberpihakan mereka terhadap Maduro. Sementara itu, Meksiko yang dipimpin oleh Andres Manuel Lopez Obrador mengatakan mereka akan berpegang pada prinsin non-intervensi.
Para Pendukung Guaido
Nama Guaido nyaris terdengar asing bagi khalayak. Setidaknya sebelum ia menjabat sebagai Ketua Majelis Umum pada awal Januari lalu. Sejak awal ia telah menyatakan bahwa ia akan melawan Maduro yang ia dan para oposisi lainnya anggap sebagai pemimpin yang tidak sah.
Aksi ribuan warga Venezuela pada Rabu (23/1/2019) lalu kemudian menjadi momentum untuk melawan Maduro. Guaido pun mendeklarasikan diri sebagai Presiden Interim dan bersumpah akan menyelenggarakan pemilihan umum yang adil.
Deklarasi Guaido langsung memperoleh respons dari Washington. Amerika Serikat segera mengakui Guaido sebagai pemimpin yang sah tak lama setelah mendeklarasikan diri. Amerika Serikat bahkan berjanji akan mengerahkan "kekuatan ekonomi dan diplomatiknya" untuk memulihkan demokrasi di Venezuela.
Sikap Washington kemudian diikuti oleh sejumlah negara Amerika Latin yang cenderung ke kanan, seperti Brasil, Kolombia, dan Argentina.
Beberapa sekutu Amerika di Eropa pun menyatakan dukungan mereka terhadap Guaido. Perdana Menteri Inggris Theresa May melalui juru bicaranya mengatakan kemenangan Maduro dalam Pemilu 2018 bukan berasal dari proses yang bebas dan adil. Inggris pun menyatakan dukungan untuk Guaido sebagai Ketua Majelis Nasional sebagai satu-satunya entitas yang sah.
Senada dengan May, Presiden Prancis Emmanuel Macron memberi penghormatan atas keberanian warga Venezuela dalam menyerukan kebebasan dan mengatakan pula bahwa kepresidenan Maduro tidak sah.
Dukungan mengalir pula dari Pemerintah Jerman pimpinan Angela Merkel. Mereka menilai parlemen Venezuela memiliki "peran penting" yang harus dijalankan untuk mewujudkan masa depan yang bebas bagi negara itu.
Sementara itu, para pemimipin Uni Eropa menyerukan kepada Venezuela untuk segera menggelar pemilihan umum meski tak secara eksplisit menyampaikan dukungan terhadap Guaido. Melalui pernyataan resminya, Uni Eropa mendesak pihak berwenang Venezuela untuk menghormati "hak-hak sipil, kebebasan dan keamanan" dan memungkinkan rakyat Venezuela untuk menentukan masa depan mereka dengan bebas.
Dari dalam negeri, dukungan terhadap pihak oposisi tak hanya datang dari kelompok kelas menengah dan atas, namun juga dari kelompok menengah ke bawah yang dikenal banyak mendukung Maduro. Beberapa laporan menyebutkan bahwa aksi protes terhadap Maduro juga terjadi di lingkungan kelas pekerja dan daerah kumuh pekan ini.
Tak hanya mendapat dukungan dari sipil, beberapa perwira militer berpangkat rendah juga telah menyatakan ketidakpuasan terhadap pemerintah dan berbalik mendukung Guaido. Awal pekan lalu, sekelompok anggota militer di Caracas bahkan melakukan penyerangan di sejumlah pos komando dalam suatu upaya untuk mengkudeta Maduro.