Bisnis.com, JAKARTA – JAKARTA - Di tengah perang dagang antara Amerika Serikat dan China, NASA mengumumkan kerjasama dengan China untuk eksplorasi di Bulan.
Akan tetapi, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) itu memperkirakan akan ada kerangka hukum yang ketat dari pemerintahnya yang tengah mencegah adanya transfer teknologi AS ke China.
"Dengan perizinan yang dibutuhkan dari Kongres, NASA telah melakukan diskusi dengan China soal kemungkinan untuk mengamati pendaratan pesawat Chang'e 4 di Bulan menggunakan instrumen pesawat (LRO LAMP) @NASAMoon kami," menurut Kepala Direktorat Misi Sains NASA, Thomas Zurbuchen di akun Twitter miliknya sebagaimana dikutip CNN.com, Senin (21/1/2019).
Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) adalah instrumen yang diorbitkan NASA di Bulan untuk memotret objek yang mendarat di Bulan dan mengamati dampak pendaratan itu terhadap permukaan bulan
Hal itu penting untuk diamati karena bisa menjadi petunjuk untuk membuat model bagaimana air dan material lain bisa dipindahkan dari kawah ke dekat kutub Bulan sebagiana dilaporkan NASA.
Pernyataan Zurbuchen itu mengonfirmasi pernyataan serupa dari Kepala Komandan Deputi Program Eksplorasi Bulan China, Wu Yanhua, Senin lalu. Lewat kerjasama tersebut, NASA akan berbagi informasi dari satelit LRO AS, sementara China berbagi informasi soal letak garis lintang dan bujur, dan waktu pendaratan.
Baca Juga
NASA hendak mengambil data soal bagaimana debu bulan bereaksi ketika Chang'e 4 mendarat di bulan. Tapi saat Chang'e 4 mendarat mereka tak bisa memposisikan LRO di lokasi yang optimal.
Dengan data debu itu, para peneliti bisa memperkirakan bagaimana mereka akan mendarat di Bulan pada misi-misi berikutnya.
Sejak pendaratan China, LRO telah mengumpulkan data yang saat ini tengah dianalisa. Awalnya LRO diperkirakan akan merekam gambar pendaratan Change'e 4 pada 31 Januari. Hal serupa sempat dilakukan instrumen tersebut ketika China menjalankan misi Chang'e 3.