Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Vietnam Jadi Tempat Pertemuan Kedua Donald Trump & Kim Jong Un?

Presiden AS Donald Trump mengatakan telah memutuskan negara tempat pertemuan puncak berikutnya dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un pada akhir Februari. "Kami telah memilih sebuah negara," kata Trump
Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Hotel Capella, Pulau Sentosa, Singapura, 12 Juni 2018./Reuters
Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Hotel Capella, Pulau Sentosa, Singapura, 12 Juni 2018./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden AS Donald Trump mengatakan telah memutuskan negara tempat pertemuan puncak berikutnya dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un pada akhir Februari.

"Kami telah memilih sebuah negara," kata Trump kepada wartawan, tanpa memberikan rincian lebih lanjut sebagaimana dikutip ChannelNewsAsia.com, Minggu (20/1).

Sumber pemerintah Vietnam sebelumnya mengatakan bahwa "persiapan logistik" sedang berlangsung untuk menjadi tuan rumah pertemuan itu. KTT tersebut kemungkinan besar dilaksanakan ibukota Hanoi atau kota pesisir Danang.

Gedung Putih pada hari Jumat mengkonfirmasi bahwa pertemuan kedua Trump-Kim akan terjadi bulan depan, setelah kunjungan tidak biasa dilakukan oleh seorang jenderal senior Korea Utara ke Washington.

Pembantu utama Kim Jon-un yang bernama Kim Yong Chol itu bertemu Trump di Gedung Putih pada Jumat lalu selama 90 menit. Pertemuan betujuan mencari kesepakatan denuklirisasi yang dapat meringankan permusuhan kedua negara. Kemarin Trump mengatakan "banyak kemajuan" telah dibuat tentang masalah tersebut.

Kim Jong Un dan Trump pertama kali bertemu pada bulan Juni di Singapura. Keduanya menandatangani dokumen dengan kata-kata yang samar-samar di mana Kim berjanji untuk bekerja menuju "denuklirisasi semenanjung Korea."

Kemajuan terhenti segera setelah Pyongyang dan Washington--yang memiliki 28.500 tentara ditempatkan di Korea Selatan--tidak setuju atas sejumlah isu. 
Amerika Serikat mengharapkan Pyongyang menyerahkan persenjataan nuklirnya, yang dibangun dengan ketat oleh dinasti Kim meskipun ada sanksi dan kelaparan nasional.

Kim, yang keluarganya telah secara brutal memerintah Korea Utara selama tiga generasi, sedang mencari jaminan kelangsungan hidup rezim serta bantuan dari negara asing setelah dikenakan sanksi oleh PBB.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper