Bisnis.com, JAKARTA - Pemilihan Presiden Amerika Serikat memang baru berlangsung pada 2020. Kendati demikian, 2019 bagi penduduk Amerika Serikat akan menjadi tahun yang tak kalah politisnya sebagaimana Indonesia, terutama bagi Partai Demokrat yang bersiap mencari kandidat untuk menantang calon petahana Republik, Presiden Donald Trump.
Saking besarnya semangat Demokrat untuk menantang Trump, CNN bahkan membuat pertanyaan menyentil yang berbunyi, "Saat ini yang harus ditanyakan bukan siapa anggota Demokrat yang akan maju sebagai calon presiden, tetapi siapa yang TIDAK mencalonkan diri?"
Pertanyaan CNN itu bisa diterima. Pasalnya, dalam waktu tiga hari terakhir saja sudah ada dua sosok Demokrat yang mengumumkan pencalonan diri. Mantan Menteri Perumahan era Barack Obama, Julian Castro secara resmi mengumumkan pencalonan akhir pekan lalu.
Ada pula Senator Tulsi Gabbard yang secara gamblang mengungkapkan rencana pencalonan secara resmi. Nama-nama Demokrat yan akan mencalonkan diri diperkirakan akan terus bertambah, mulai dari Senataor Bernie Sanders hingga mantan Wakil Presiden Joe Biden.
Dan bagi Partai Demokrat, pemilihan kandidat menuju Pilpres 2020 akan menjadi ajang yang ramai. Lebih ramai dibandingkan dengan pencalonan pada 2016, bahkan 2008 yang hanya menjadi panggung persaingan Barack Obama dan Hillary Clinton.
Berikut adalah nama-nama anggota Demokrat yang telah mengumumkan pencalonan diri sebagai presiden.
Baca Juga
John Delaney
Anggota Kongres dari Maryland ini adalah sosok pertama yang secara resmi mengumumkan pencalonan diri. Kampanye pencalonannya bahkan hanya berselang 7 bulan dari pengukuhan Donald Trump sebagai presiden. Tepatnya pada September 2017.
Lelaki berusia 55 tahun itu mengaku tidak akan mencalonkan diri untuk periode keempatnya di Kongres. Alih-alih kembali menjadi anggota legislatif, Delaney mengaku akan mencurahkan waktu dan uangnya untuk kampanye menuju Gedung Putih.
Sosok Delaney tidak cukup populer dibanding kandidat lain yang sejauh ini telah mencalonkan diri. Namun, ia memiliki keunggulan dalam hal keuangan. Delaney merupakan salah satu anggota Kongres terkaya. Ia telah melakukan kunjungan lebih dari 12 kali ke New Hampshire, daerah pertama yang akan melakukan Primary untuk memilih kandidat Demokrat. Delaney juga dikabarkan telah membeli slot iklan televisi senilai US$1 juta, termasuk iklan di ajang Super Bowl di Iowa.
"Saya pikir sayalah orang yang tepat untuk posisi ini, namun tak banyak yang mengetahuinya," kata Delaney kepada Telegraph saat mengunjungi New Hampshire.
"Itulah sebabnya saya mulai berkampanye sejak dini dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan masalah tersebut," sambungnya.
Melalui pesan kampanyenya, Delaney memperlihatkan pandangan politik yang moderat. Ia mengaku siap bekerja sama dengan Republik untuk mengurai masalah. Dia meyakini pemilih pada 2020 akan mencari moderasi daripada konfrontasi, serta pragmatisme dan bukan dogma.
Elizabeth Warren
Senator dari Massachusetts ini mengumumkan pencalon resminya pada 31 Desember 2018 dan telah membentuk komite eksplorasi untuk Pilpres 2020.
Dia lalu memulai kampanyenya dengan lawatan ke Iowa dengan pesan kecaman terhadap korupsi serta hilangnya kesempatan ekonomi bagi keompok pekerja.
Di negara bagian yang akan mengadakan kontes pencalonan presiden pertama dalam 13 bulan itu, Warren memperkenalkan dirinya publik Iowa dengan kisah keluarganya yang berlatar belakang kelas pekerja di Oklahoma. Warren juga menekankan salah satu kampanye utama perilah ketimpangan pendapatan.
"Washington berdampak baik bagi kelompok beruang, tetapi tidak untuk orang lain. Kita harus menyebut kondisi ini apa adanya, ini adalah korupsi," kata Warren dalam kunjungan keduanya di Kota Sioux.
Warren merupakan calon paling potensial yang memasuki bursa Demokrat sejauh ini. Ia dikenal sebagai sosok yang vokal terhadap Trump dan beberapa kali bertukar cemoohan dengan Presiden dari Republik itu.
Julian Castro
Lahir dari keluarga keturunan imigran, mantan Wali Kota San Antonio dilihat banyak pihak sebagai kuda hitam yang mulai bersinar. Ia mengumumkan pencalonanya pada Sabtu (12/1/2019).
"Saya mencalonkan diri sebagai presiden karena inilah masa yang tepat untuk kepemimpinan baru, masa untuk energi baru," kata Castro saat meluncurkan kampanye pencalonannya.
Castro (44) yang merupakan cucu dari imigran Meksiko akan menjadi presiden keturunan hispanik pertama AS jika terpilih. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Perumahan dan Pembangunan Kota pada masa kepresidenan Barack Obama.
Dilansir dari Reuters Minggu (13/1/2019), Castro mengambarkan posisi politiknya tema bertajuk "Medicare for all." Melalui kampanye ini, Castro berjanji akan membuat rencana jaminan kesehatan nasional yang memungkinkan siapa saja terlindungi sistem jaminan kesehatan.
Selain tema jaminan kesehatan, Castro menggaungkan pula dukungan terhadap gerakan Black Lives Matter serta berbicara tentang pentingnya mengatasi perubahan iklim.
Castro, yang neneknya lahir di Meksiko, juga menggunakan kisah pribadi keluarganya untuk mengkritik kebijakan perbatasan Trump, termasuk mengkritik secara langsung dalam peluncuran kampanye tersebut.
“Ya, kita harus punya sistem keamanan di perbatasan, tetapi ada cara yang cerdas dan manusiawi untuk melakukannya. Bukan dengan menciptakan neraka dengan menahan anak-anak," ujarnya.
Tulsi Gabbard
Gabbard, seorang veteran Perang Irak yang merupakan orang Hindu pertama yang dipilih untuk Kongres dan anggota pertama yang lahir di wilayah AS di Samoa Amerika, mengatakan "masalah perang dan perdamaian" akan menjadi fokus utama kampanyenya.
Namun pencalonan perempuan berusia 37 tahun itu bukannya tanpa kontoversi. Pada 2016, ia sempat membuat sesama Demokrat khawatir kala melakukan pertemuan dengan Donald Trump selama masa transisi. Gabbard juga pernah melakukan perjalanan rahasia ke Suriah dan bertemu dengan Presiden Bashar al-Assad, yang telah dituduh melakukan kejahatan perang dan genosida.
Melalui pertemuan tersebut, ia bertanya apakah Assad adalah sosok yang bertanggung jawab atas serangan kimia terhadap warga sipil. Ia menanyakan pula perihal tuduhan penyerangan pangkalan udara AS di Suriah yang disematkan kepada Assad.
Gabbard mengatakan dirinya tidak menyesali perjalanan itu dan menganggap pertemuan dengan musuh adalah hal yang penting jika, "Anda serius mengejar perdamaian." Dia juga mencatat bahwa invasi AS ke Irak pada 2003 didasari penyelidikan intelijen yang salah dan mengatakan ingin memahami bukti serangan Suriah.
Gabbard adalah salah satu anggota parlemen terkemuka yang mendukung Sanders dibanding Hillary Clinton dalam pemilihan calon Presiden dari Partai Demokrat 2016. Dukungan Gabbard datang secara dramatis setelah ia mengundurkan diri sebagai wakil ketua Komite Nasional Demokrat.
Selain nama-nama di atas, Partai Demokrat memiliki sejumlah nama potensial lain yang kemungkinan akan turut bersaing dalam bursa pencalonan presiden. Senator Kirsten Gillibrand dikabarkan tengah melakukan manuver agresif menuju pencalonan sebagai presiden. Sejumlah narasumber mengatakan bahwa Gillibrand telah melakukan perjalanan ke negara bagian yang memegang suara kunci dan mendekati pemilih di markas kampanye.
Senator California, Kamala Harris, Senator New Jersey, Cory Booker, dan Senator Vermont, Bernie Sanders, seluruh nama itu tengah menimbang tawaran pencalonan presiden dan diperkirakan akan mengumumkan keputusan dalam minggu-minggu mendatang. Mantan Wakil Presiden Joe Biden juga disebut tengah mempertimbangkan apakah akan mencalonkan diri dalam saga pencalonan yang digadang-gadang akan memecah suara di Demokrat ini.