Bisnis.com, JAKARTA - Peretas China telah menyerang beberapa kontraktor Angkatan Laut AS, dan dilaporkan berhasil dalam beberapa kesempatan selama 18 bulan terakhir.
Para penyusup mencuri informasi termasuk rencana rudal dan data perawatan kapal, menurut laporan Wall Street Journal yang mengutip para pejabat dan pakar keamanan, sebagaimana dikutip Engadget, 15 Desember 2018.
Peretas dilaporkan telah mengakses sistem beberapa kontraktor. Beberapa perusahaan yang lebih kecil tidak memiliki sumber daya untuk mengamankan jaringan mereka, menurut laporan itu.
Peretas dilaporkan mencuri rencana awal tahun ini untuk "rudal anti-kapal supersonik" yang dimaksudkan untuk digunakan oleh kapal selam AS.
Mereka juga dilaporkan telah menargetkan laboratorium penelitian militer di universitas. Para pejabat mengatakan beberapa sumber telah memastikan bahwa Cina berada di belakang serangan itu.
Dengan cabang militernya yang semakin terancam, Sekretaris Angkatan Laut Richard Spencer telah menuntut peninjauan atas kelemahan keamanan siber.
"Serangan terhadap jaringan kami bukanlah hal baru, tetapi upaya untuk mencuri informasi penting meningkat baik dalam keparahan dan kecanggihan," tulisnya dalam memo internal pada bulan Oktober, menurut WSJ.
"Kami harus bertindak tegas untuk sepenuhnya memahami sifat serangan-serangan ini dan bagaimana mencegah hilangnya lebih lanjut informasi militer penting."
Awal pekan ini, seorang pejabat Badan Keamanan Nasional mengatakan aktivitas peretasan Cina telah meningkat di AS dalam beberapa bulan terakhir.
Rob Joyce juga menyarankan para aktor China sedang mempersiapkan untuk meningkatkan serangan mereka dari memata-matai dan mencuri kekayaan intelektual untuk menargetkan "infrastruktur kritis" termasuk perawatan kesehatan, energi, transportasi dan keuangan.
Sementara itu, beberapa pejabat AS mencurigai Cina berada di belakang peretas Marriott yang mengungkapkan informasi pribadi hingga 500 juta orang.