Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Edukasi Sampah Plastik Masuk Kurikulum Pendidikan

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman menyatakan bahwa edukasi mengenai sampah plastik akan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan.
Aktivitas audit sampah plastik Greenpeace Indonesia di Sanur, Bali./Dok. Greenpeace Indonesia
Aktivitas audit sampah plastik Greenpeace Indonesia di Sanur, Bali./Dok. Greenpeace Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman menyatakan bahwa edukasi mengenai sampah plastik akan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan mulai sekolah taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas.

"Kami bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dimasukkan dalam kurikulum. Mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA)," Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan dalam konferensi pers di Jakarta pada Jumat (30/11/2018).

Menurut dia, edukasi mengenai sampah plastik penting ditanamkan sejak dini karena yang terpenting adalah perhatian publik akan bahaya sampah plastik.

Untuk proyek percontohan pada 2018 ini dilakukan di 13 provinsi dan akan diterapkan di 34 provinsi mulai 2019. "Ada sekolah-sekolah yang menjadi percontohan penerapan edukasi sampah plastik ini."

Hal tersebut juga merupakan bagian dari Perpres 83/2018 tentang Penanganan Sampah Laut. Meski demikian, edukasi mengenai sampah plastik tersebut bukan pelajaran baru hanya penambahan sejumlah modul.

Luhut menambahkan bahwa masalah sampah plastik menjadi perhatian serius pemerintah karena persoalan sampah plastik bukan hanya persoalan hari ini tetapi juga masa depan.

Sampah plastik jika dimakan ikan di laut ataupun sungai, kemudian ikan tersebut dimakan ibu hamil, akan melahirkan anak-anak yang stunting atau kerdil. "Kita tidak ingin generasi yang dilahirkan generasi yang kuntet (kerdil)."

Sementara itu, Asisten Deputi Pendayagunaan Iptek Maritim Kemenko Maritim, Nani Hendiarti, mengatakan modul pelajaran tersebut disusun oleh Kemendikbud. Pihak Kemenko Maritim hanya fokus melakukan pendampingan.

"Konkretnya dimasukkan ke dalam pembelajaran yang sudah ada, tergantung jenjang pendidikan. Misalnya untuk anak TK akan dimasukkan dalam permainan, gambar, dan sebagainya," kata Nani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper