Bisnis.com, JAKARTA - Harimau Sumatra diperkirakan hanya tersisa 200 ekor lagi di wilayah Aceh. Hal itu disampaikan Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Sapto Aji Prabowo, dalam diskusi tentang satwa liar itu di Kantor Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh, Rabu 14 November 2018.
Menurutnya kondisi itu dipicu oleh kasus perburuan dan aktivitas perambahan serta pembalakan liar. Populasi kisaran 200 ekor itu tersebar di kawasan Ulu Masen sekitar 67 ekor dan di Kawasan Leuser sekitar 130 ekor. “Perkiraan tersebut sesuai hasil monitoring 2013–2015,” katanya.
Perdagangan kulit harimau masih terjadi hingga saat ini. Tercatat di tahun 2018, ada dua kasus perdagangan kulit harimau yang masuk persidangan. Sementara pantauan konflik harimau dengan manusia sepanjang 2015–2018 tercatat sebanyak sembilan kasus yang tersebar di Kabupaten Aceh Selatan, Bireuen, Singkil, Subulusalam, Aceh Besar, Gayo Lues, Aceh Tengah, Aceh Jaya dan Bener Meriah.
Sapto mengatakan saat ini pihak BKSDA Aceh sedang melakukan survei untuk populasi Harimau Sumatera di Aceh. “Nanti dari survei itu akan diketahui apakah ada peningkatan populasi atau penurunan,” sebutnya.
Koordinator Forum Konservasi Leuser (FKL), Dediyansyah, mengatakan untuk seluruh Indonesia, populasi Harimau Sumatera paling besar di Aceh yang berada di kawasan Leuser dan Ulu Masen. Titik sambung kedua kawasan itu adalah kawasan Beutong. “Kawasan hutan Beutong yang dimaksud meliputi wilayah hutan di Nagan Raya, Gayo Lues, dan Aceh Tengah, menjadi koridor Harimau,” katanya.
Selain Harimau, menurut Dediansyah, ada tiga spesies kunci lainnya di Aceh yang perlu mendapat perhatian serius, yaitu Gajah, Orangutan, dan Badak.
Menurutnya, sepanjang 2017 – 2018, FKL bersama Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh serta serta BKSDA mempunyai dua tim patroli untuk memantau 240 ribu hektare area pada kawasan koridor spesies langka di Gayo Lues, Aceh Tengara, Nagan Raya dan Aceh Tengah.
Temuannya, ada 74 kasus perburuan, 77 jerat/perangkat yang diamankan, 8 orang pemburu ditemukan dan 40 camp pemburu ditemukan di hutan. Sementara temuan tim monitoring terhadap kerusakan hutan di kawasan Beutong dan sekitarnya tercatat 560 kasus pembalakan liar, 161 kasus perambahan, 20 kasus pembukaan jalan, 11 kasus tambang ilegal.
“Harapan kita semua untuk menemukan langkah strategis yang bisa kita dilakukan dalam menyelamatkan koridor, tidak hanya harimau tapi juga satwa liar lainnya,” ujar Dediansyah.